Pameran Seni Bulan November
Pameran seni di bulan november ini yang bisa dikunjungi.
6 Nov 2015


Alexander Calder: Performing Sculpture
1 / 4
Alexander Calder: Performing Sculpture
Tate Modern, London
11 November-3 April 2016
Untuk pertama kalinya, Tate Modern menggelar ekshibisi karya seorang pemahat patung asal Amerika Serikat, Alexander Calder (1898-1976). Calder merupakan seorang pionir pahat kinetik, di mana seni ini memainkan peran besar dalam sejarah modernisme. Ia juga merupakan salah satu seniman besar di abad 20-an. Calder melakukan perjalanan ke Paris pada tahun 1920-an, tahun di mana ia mulai membangun wire sculpture. “Alexander Calder: Performing Sculpture” menghadirkan lebih dari 100 karyanya, termasuk seni gerak abstrak, tiga dimensi dan dalam format kinetik seperti “Red Panel”, “White Panel” dan “Snake and the Cross”. Anda bisa menyaksikan evolusi karya seninyadi dalam pameran yang digelar pada 11 November-3 April 2016.
 
Drawing in Silver and Gold: Leonardo to Jasper Johns
British Museum
Great Russell Street, London
Sampai 6 Desember 2015
Ekshibisi ini merupakan sebuah kesempatan untuk Anda yang ingin menyaksikan 100 gambar yang dibuat dengan teknik metalpoint. Pada 10 September-6 Desember 2015, British Museum di London akan memamerkan karya para seniman yang populer pada abad 14, termasuk Rogier van der Weyden, Petrus Christus, Leonardo da Vinci, Raphael, Hans Holbein the Elder, Lucas van Leyden, Rembrandt, Bruce Nauman dan sebagainya. Metalpoint adalah teknik menggambar menggunakan metal stylus (jarum piringan hitam) yang biasanya terbuat dari perak. Teknik ini cukup tren di masa Renaissance, sempat redup, dan kembali populer di abad 19. Oleh para seniman besar, teknik ini sering dilakukan untuk membuat sketsa cepat. Karya-karya yang ada di sini juga diambil dari koleksi-koleksi yang dipinjam dari museum-museum di Eropa dan Amerika, serta koleksi pribadi karya Leonardo da Vinci dari Royal Collection.
 
Goya: The Portraits of National Gallery
Trafalgar Square
7 Oktober 2015-10 Januari 2016
Di usia 37 tahun, Goya menangkap potret Perdana Menteri Spanyol yang berkuasa kala itu. Reputasinya menanjak drastis. Penuh ambisi dan bangga pada statusnya, Goya melebarkan sayapnya dan bergabung ke dalam kalangan sosial ‘penting’ seperti kelompok aristokrat, kelompok intelektual, politikus, dan militer. Gangguan kesehatan yang merujuknya menjadi seorang tuna rungu membuat potret-potret yang dibuatnya menjadi satu-satunya cara untuk berkomunikasi. Ia terus bergerak tanpa hambatan. Goya tak takut mengungkapkan hal-hal yang dilihatnya ke dalam sebuah lukisan. “Goya: The Portraits of National Gallery” yang dihelat 7 Oktober 2015-10 Januari 2016 memberikan penetrasi wawasan kepada publik tentang karya-karya Goya yang intim di era 1820-an.
 
Biennale Jogja : Hacking Conflict. Indonesia Meets Nigeria
Yogyakarta
1 November – 10 Desember 2015

Biennale yang sudah memasuki usia ke-13, kali ini dikuratori oleh seniman Wok The Rock. Selepas penelitian di Nigeria, Wok The Rock tertarik membahas permasalahan yang dihadapi Nigeria dan Indonesia pasca runtuhnya rezim militer di kedua negara. Itu sebabnya, untuk Biennale Jogja, Wok The Rock bekerjasama dengan curator yang juga seniman asal Nigeria, Jude Anogwih. Kerja kolaboratif ini dimaksudkan untuk membuahkan karya-karya yang sinergis dan mendorong munculnya konflik dalam proses penciptaan, sehingga tema pameran tak sekedar menjadi sebuah narasi. Diikuti oleh 23 partisipan dari Indonesia dan 11 dari Nigeria, area pameran utama menggunakan Pendopo Ajiyasa, Plaza JNM dan Plaza Kriya di Jogja National Museum. Ruang pameran yang bersifat semi-terbuka ini dirancang oleh kurator bersama seorang seniman/arsitek Iswanto Hartono. Selama 40 hari, ini akan menjadi ruang interaksi aktif dengan berbagai macam kegiatan, pertunjukan dan peristiwa seni setiap minggunya.
(MEL) Foto: Dok. Istimewa
 

 

Author

DEWI INDONESIA