Memburu Aurora Borealis di Islandia
Raja Siregar menceritakan pengalamannya memburu Aurora Borealis di Islandia
21 May 2018


1 / 3
Cuaca di Islandia benar-benar tidak bisa diprediksi, bisa berganti setiap lima menit. Dari cerah, langsung hujan, lalu angin kencang. Saya sarankan juga memakai jaket dan celana yang tahan air. Karena jika hujan, tidak ada tempat berteduh sama sekali. Cuaca yang kerap berganti ini juga berarti kami tidak tahu kapan Aurora Borealis menampakkan dirinya.
 
Cahaya ini sendiri terjadi karena adanya koalisi antara partikel bermuatan listrik yang terpantul dari matahari dan partikel gas di atmosfer bumi. Aurora menampilkan banyak warna, tetapi yang paling sering muncul adalah warna hijau muda dan pink. Melihat aurora untuk pertama kalinya adalah pengalaman yang mengharukan. Bayangkan saja, di Jakarta kita bahkan jarang sekali bisa melihat bintang.
 
Di kunjungan saya yang pertama ke Islandia, tak sengaja saya bertemu dengan aurora. Karena berpetualang sendiri, saya menyewa mobil yang memungkinkan untuk tidur di dalamnya. Suatu malam, saya ingin buang air kecil. Tak seperti di tempat lain, di Islandia pergi ke kamar kecil yang berada di luar ruangan, di musim gugur, untuk orang Indonesia yang terbiasa dengan udara tropis, memerlukan usaha lebih. Harus memakai sepatu boots dan sarung tangan untuk melindungi dari udara yang menggigit.
 
Begitu keluar dari mobil saya terperangah karena ada cahaya hijau seperti menari di langit. Merinding rasanya, lalu panik. Saya langsung kembali masuk mobil untuk mengambil kamera dan tripod. Dengan tangan yang sedikit gemetar, saya abadikan momen itu. Tapi rupanya saya belum direstui membagi kesempatan itu pada dunia, karena foto yang saya ambil blur. Beruntung pada kali kedua ke Islandia, saya bisa melihat aurora kembali. Walau hanya satu kali dari sepanjang perjalanan kami di sana, hati ini sudah cukup senang.
 
Untuk melihat aurora, kita harus berada di tempat yang gelap. Jika berada di area perkotaan dengan lampu-lampu, kemungkinan melihatnya kecil sekali. (NTF) Foto: dok. Raja Siregar
 

 

Author

DEWI INDONESIA