Ini Rahasia Pernikahan Langgeng Erwin Parengkuan & Janna Parengkuan
Erwin Parengkuan dan Janna Parengkuan berbagi rahasia pernikahan langgengnya, spesial untuk pembaca dewi.



Sebelum menikah, Janna Parengkuan mengungkapkan satu kekurangannya pada calon suaminya, Erwin Parengkuan, “Saya tidak bisa memasak dan kamu tidak bisa memaksa saya. Saya akan masak jika saya mau.” Dua tahun kemudian, Erwin mengajak Janna menikah. Lagi-lagi Janna mengungkapkan prinsipnya bahwa harus ada momen proposal yang direncanakan dengan baik. Jadilah Erwin membelikan Janna sebuket bunga mawar merah dan memintanya untuk mencari sebuah benda di antaranya, “Ada cincin di pengikat bunga tersebut.” Tak lama kemudian, mereka melangsungkan pernikahan. Kerusuhan mencekam di tahun 1998 mengakibatkan mereka tidak bisa mewujudkan konsep resepsi outdoor pernikahan impian. Misa sakral di Gereja Katedral menjadi agenda satu-satunya pernikahan mereka, “Kata pastur, hari itu untuk pertama kalinya gereja penuh.”

Setelah menikah, Janna Parengkuan menjalani profesi sebagai ibu rumah tangga. Anak pertamanya Giulio Parengkuan lahir setahun setelahnya. Dan pada tahun-tahun berikutnya Marcio Parengkuan dan Abielo Parengkuan lahir. “Tiga anak laki-laki saya rasa sudah cukup,” katanya. Tetapi yang terjadi lain cerita. Erwin Parengkuan ‘menjebaknya’. “Waktu itu ada teman kami yang memberitahu kalau di tahun ini dia berniat punya anak, anak yang akan lahir pasti perempuan,” kisah Janna. Tak lama kemudian, betapa terkejutnya Janna saat mengetahui dirinya hamil, “Saya panik.” Rasa was-was tersebut berganti kebahagiaan saat anak keempat mereka lahir. Seorang perempuan yang dinamai Matacha Parengkuan.

Sebagai ibu empat anak sekaligus seorang pengusaha, ia merasa bahwa segala sesuatunya harus seimbang. Keluarga jadi yang utama. Dalam kurun waktu satu minggu, Janna Parengkuan  membagi waktu satu hari penuh untuk pergi dengan semua anaknya, pergi berdua dengan salah satu anaknya, juga berdua dengan Erwin. Ketika pergi bersama keluarga besar, aktivitas luar ruangan menjadi pilihan utama. “Terserah anak-anak maunya apa. Kadang kami pergi berenang, bersepeda, atau ke pantai,” lanjut Janna. Ia juga bercerita jika anak-anaknya tengah ujian, ia akan meninggalkan kantor lebih cepat untuk menemani anak-anak mereka.

“Setiap pagi saya bangun pukul 05.30, sarapan bersama keluarga, menyiapkan perlengkapan sekolah anak, lalu mengurus toko. Malamnya kami kembali makan bersama dan saya baru bisa mengurus pekerjaan lagi di atas pukul 21.00 setelah anak tidur,” tuturnya. Di tiap kesempatan, Janna berkata pada anak-anaknya agar mampu saling menjaga satu sama lain karena ia dan Erwin Parengkuan tidak akan mendampingi mereka untuk selamanya. Seperti halnya ketika anak ketiganya lahir. Dua kakaknya mulai dilatih untuk menjaga adiknya.
Menangani anak remaja, diakui Janna bukan perkara mudah. “Ada masanya mereka tidak mau mengikuti rutinitas keluarga. Mereka malas untuk pergi bersama. Tetapi saya tidak mau tahu dan tetap meminta mereka untuk ikut. Yang penting kami tetap harus bersama-sama karena waktu kami berkumpul itu sulit didapat,” sambungnya.

Ketika pergi berdua dengan anaknya ia kerap mengajarkan cara menghadapi masalah yakni harus diselesaikan dalam waktu 1x24 jam. Menyelesaikannya dengan sikap terbuka menjadi jalannya. Kini, ketika ia tengah berbincang santai dengan Erwin di teras rumah, anak remajanya kerap datang dan ikut berbincang. “Ngobrol soal keinginannya jadi Disk Jockey, tempat-tempat hang out baru, dan apa yang sedang tren di kalangannya. Mereka juga cerita tentang teman temannya,” kata Janna. Ide-ide kegiatan di akhir pekan pun kerap dicetuskan oleh Giulio. Ada kalanya sang putra beride untuk mengadakan barbecue, “’Tenang aja, Ma nanti Aku juga ikut siapkan kebutuhannya.’” Ujar Janna bercerita mengenai tingkah polah anaknya.

Bagi pasangan ini, mereka ingin agar anak-anaknya bahagia, dan bisa menjadi orang yang apa adanya seperti dirinya. Keintiman dalam keluarganya selalu berupaya dibina melalui keterbukaan komunikasi. Semua itu karena satu hal, “Kebahagiaan saya ialah keluarga.” Kata Janna Parengkuan menutup pembicaraan.
(Joan Aurelia) Foto: dok. Erwin Parengkuan/ Davy Linggar. Busana: Janna Parengkuan (Vintage Part One Edward Hutabarat), Celana Erwin Parengkuan, Giulio, Marcio, Abielo (Phillip Wear)

 

Author

DEWI INDONESIA