Jauh dari panorama lautan, tersembunyi sebuah desa adat dengan arsitektur simetris dan bentuk rumahnya yang semua hampir sama. Kemiripannya terletak pada pintu gerbang rumah, atap, dinding yang menggunakan bambu atau batu bata, hingga lebar pintu gerbang yang hanya mampu memuat satu orang dewasa. Di Bali, pintu ini dinamakan angkul-angkul. Tembok juga hanya dicat dari cat berbahan dasar tanah liat. Keasrian alamnya masih lestari. Konon, kata “penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura” yang artinya tempat suci untuk mengenang para leluhur. Untuk masuk ke kawasan ini saja, Anda dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Tak heran, hal pertama yang Anda rasakan kala memasuki desa seluas 112 hektar ini adalah kesejukan. Tandai agenda untuk mengunjungi desa ini menjelang hari raya Galungan karena akan terlihat jajaran penjor (bambu-bambu panjang yang ditancapkan di depan pekarangan rumah) dan gadis-gadis Bali yang berpakaian adat menuju pura.
Singaraja
