Indonesia dan India Luncurkan “CORE” Alat Pengujian Kesiapan Pelaku Usaha Terhadap COVID-19
Diperkirakan secara global akan ada 25.000 perusahaan menggunakan CoRe.
10 May 2020



Dikutip dari akun Instragram alamsyah_cahayayusuf dan nurberita.com, Indonesia dan India meluncurkan alat pengujian kesiapan pelaku usaha terhadap COVID-19 bernama “CORE” (COVID Readiness).

Lebih dari 10.000 Perusahaan Indonesia dan 3.500 Start-up Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari CoRe. Dan diperkirakan secara global akan ada 25.000 perusahaan menggunakan CoRe.

Orbit Future Academy dari Indonesia dan Natio Cultus asal India telah mengembangkan alat modern bagi pelaku usaha untuk mengkuantifikasi dan memahami dampak dari COVID-19  terhadap aktivitas bisnis mereka.

Alat ini merupakan yang pertama di dunia, dan dikembangkan berdasarkan pengalaman panjang Cultus di bidang ini, digabungkan dengan keahlian dan pengalaman para kontributor; Nalin K Singh, Sachin V Gopalan, Dr. Ilham A Habibie, Deny Rahardjo & Sunil Girdhar.

5 Mei 2020 - Serangan pandemi COVID-19 telah memaksa pemilik dan pelaku usaha untuk menguji ulang rencana kelanjutan usaha mereka.
Orbit Future Academy, berkolaborasi dengan Cultus telah menciptakan CORE, alat pengujian kesiapan pelaku usaha  terhadap COVID-19 yang pertama di dunia.

CORE menggunakan peralatan algoritma yang kuat yang memungkinkan seorang individu menguji dampak Covid-19 terhadap aktivitas bisnis mereka.

CORE menganalisa 28 faktor yang mempengaruhi para pelaku usaha saat ini, bersamaan dengan jawaban yang diberikan pengguna secara online untuk memformulasi nilai dampak terkuantifikasi, antara 0 dan 99.

Nilai rendah mengindikasikan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi perusahaan di masa mendatang, sementara nilai tinggi tidak hanya menandakan bahwa perusahaan sehat, tapi juga mengindikasikan adanya potensi peluang untuk tumbuh.

Perusahaan gabungan India-Indonesia ini mendukung para pelaku usaha lewat basis analitikal untuk menguji dan memformulasi rencana bisnis dan startegi jangka panjang untuk era post COVID.

Selain itu, alat ini menghasilkan laporan hanya dalam 4 jam setelah pengguna mengumpulkan jawaban mereka dan harganya juga sangat rasional sebesar Rp138.763 (US$9.45).

Waktu yang dibutuhkan bagi seorang pengguna untuk mengoperasikan alat ini tidak lebih dari 30 menit. Laporan yang dihasilkan disertai dengan penjelasan yang diberikan oleh pemimpin industri dan disertai berbagai kemungkinan skenario bagi aktivitas bisnis sehingga membantu pelaku usaha menghadapi berbagai potensi tantangan.  

Dr. -Ing. Ilham A Habibie, yang menganalisa dampak sosial-politik Covid-19 memaparkan bahwa dengan adanya ketidakpastian ekonomi yang melanda bisnis di seluruh dunia termasuk Indonesia, wirausaha dan pemilik bisnis memerlukan alat baru untuk menavigasi jalan mereka dari pandemi Covid-19.

“Dan teknologi ini dapat menjadi pemacu bagi bisnis untuk bertahan dari penurunan saat ini dan mempersiapkan diri untuk pasca-Covid-19, ” terangnya.

Sementara itu, Nalin Kumar Singh yang merupakan project leader menjelaskan bahwa alat ini memberikan pemilik usaha pemahaman terhadap tingkat kesulitan yang dihasilkan COVID-19 terhadap bisnis mereka, baik itu positif maupun negatif, dan memberikan pemilik bisnis baseline untuk menjadi yang pertama dalam merencanakan dunia post COVID.” Tool online ini tersedia di berbagai platform termasuk di website utama www.orbitfutureready.com.

Technical  architect,  Sunil  Girdhar  menambahkan  dari  sisi  tantangan  yang  dihadapi dalam  membangun  alat  pengujian.
Ini  tidak  hanya  soal  pemberian  nilai.  Ada  banyak faktor  yang  mempengaruhi  aktivitas  usaha  baik  secara  individual  maupun  kombinasi lokasi  kegiatan  usaha,  lokasi  customer,  posisi  uang  tunai,  jenis  industry,  disrupsi  rantai pasok  dan  sebagainya. 

“Alat  ini  muncul  sebagai  kuesioner  30  menit  di  front-end  tapi kompleksitas  algoritmanya  sangat  besar,” tandasnya.

Sachin  V  Gopalan,  yang  membantu  membangun  rencana  jangkauan  strategis menyatakan  bahwa  akan  menggunakan  alat  ini  untuk  menguji  tidak  hanya  lebih dari  10.000  perusahaan  dan  start-up  existing  partner  di  ekosistem, tapi  juga  3.500 start-up  Post-Covid  baru  yang  mana diminta  untuk  menginkubasi,  melatih  dan mementor  mereka  dalam  3  tahun  ke  depan.   

“Kami  juga  bekerja  sama  erat  dengan lembaga  pemerintah  Indonesia  dan  universitas  untul  memitigasi  dampak  dunia  post COVID dengan  menciptakan  lapangan  pekerjaan  baru  dan  start-up  baru  di  tingkat  akar rumput.  Targetnya  untuk  memperkenalkan  inovasi  berbasis  teknologi,  membangun solusi  rantai  pasok  local  dan  memulai  proses  penciptaan  nilai  tambah  dan  aliran  dana  di level  desa,” papar Sachin V Gopalan.
 
CoRe  pada  mulanya  lahir  sebagai  alat  uji  cepat  namun  nantinya  akan  menggunakan elaborasi  algoritma  AI  untuk  memberikan  saran  dan  rekomendasi  tentang  arah  dan pendekatan  baru  berdasarkan  data  yang  berkembang  dari  wisdom  dan  aksi  Bersama antara  perusahaan,  pelaku  usaha  dan  pelaku  inovasi  yang  merespon  dengan  beragam cara  terhadap  dampak  bisnis  COVID-19. (Orie Buchori)

 

 

Author

DEWI INDONESIA