Berhenti Mengeluh di Tengah Pandemi dengan Mengubah Cara Pandang
Saat ini, mengeluh jadi suatu hal yang wajar dilakukan namun bisa membuat kita semakin merasa menderita.
16 Apr 2020



Rencana traveling yang batal, menyekolahkan anak-anak dari rumah, bisnis yang terhenti, perekonomian yang memburuk, dan masih banyak lagi. Situasi yang terjadi untuk sebagian besar umat manusia di bumi saat ini memang sangat aneh dan sangat membuat frustrasi. Tak heran kalau kita mendapati diri kita, dan orang-orang sekitar kita, mengeluh terus menerus.

Saat kesusahan atau kesedihan datang melanda, reaksi termudah dan paling umum adalah mengeluh atau bertanya kenapa. “Kenapa ini harus terjadi pada saya?” “Kenapa hidup saya selalu susah?” “Kenapa klien ini menyebalkan?” “Kenapa si bos lagi ribet?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa membuat Anda merasa sedih, marah, cemas, panik, bahkan depresi—emosi-emosi negatif yang bisa menurunkan imunitas tubuh Anda.

Mengeluh adalah sebuah kebiasaan. Kebiasaan negatif yang juga membawa energi negatif bagi si pengeluh maupun orang sekitarnya yang mendengarkan keluhan tersebut. Membatasi diri untuk tidak mengeluh pun ternyata sangat sulit. Namun ada satu trik yang bisa Anda lakukan saat Anda hendak mengeluh, yaitu dengan mengubah ucapan dan sudut pandang Anda.

Saat ada sesuatu yang salah, cobalah untuk mengalihkan fokus pada satu hal yang baik dari situasi tersebut. Dalam bukunya, Discipline Equals Freedom, Jocko Willink mengatakan bahwa “Saat sesuatu memburuk, pasti akan ada hal baik yang muncul dari sana.” Intinya adalah, kita tidak bisa mengubah keadaan buruk tersebut, tapi kita bisa mengubah bagaimana cara kita melihat dan menerimanya.

 


Berikut ini sepenggal contoh yang Willink tulis dalam bukunya:

“Oh, proyek ini dibatalkan? Baik, kita bisa fokus ke proyek yang lain.
Tidak mendapatkan alat kecepatan tinggi yang kita inginkan? Baik, kita bisa membuatnya tetap simple.
Tidak mendapatkan promosi? Baik, banyak waktu untuk lebih memperbaiki diri.
Tidak mendapatkan funding? Baik, kita jadi punya kepemilikan yang lebih besar.
Ada masalah yang tidak diharapkan? Baik, kita punya kesempatan untuk mencari jalan keluarnya.”

Jadi saat Anda tidak bisa keluar rumah atau harus bekerja dari rumah, alih-alih mengeluh Anda bisa mengatakan, “Baik, saya jadi punya waktu lebih banyak di rumah untuk membereskan hal-hal yang selalu saya tunda,” atau “Baik, pagi dan sore hari saya jadi lebih santai karena tidak harus membuang waktu di tengah kemacetan saat commuting.” Anda pun akan merasa lebih tenang, tidak panik atau cemas berlebihan karena Anda sudah melihat sebuah sisi baik yang patut dihargai dari situasi tersebut.

Tentunya menjadikan ini sebuah kebiasaan membutuhkan latihan dan waktu. Namun, kapan lagi waktu yang tepat untuk melakukannya kalau bukan sekarang? Bukan hanya untuk ketenangan mental Anda saja, namun juga untuk orang-orang di sekeliling Anda. (MU) Foto: Binti Malu, Just Name (Pexels).



 

 


Topic

Culture

Author

DEWI INDONESIA