Bias Makna Perempuan di Hari Perempuan
Di Indonesia, arti kata perempuan dalam kamus masih terkesan patriarkis. Konon dimata laki-laki, perempuan itu adalah makhluk yang rumit dan sulit dimengerti. Penjelasannya sendiri di KBBI menuai kontroversi. Kampanye menuntut ganti bergerak perlahan tapi
8 Mar 2021






Menurut KBBI versi daring di situs kbbi.web.id, perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Kemudian, turunan katanya tertulis geladak, jalang, jalanan, jahat, lacur, nakal, hingga simpanan. Dalam semua versi KBBI mulai dari edisi pertama hingga kelima, cetak maupun online. Penjelasan perempuan terkesan negatif.

Dari fakta yang tertulis dalam KBBI tersebut, karya seni dari seniman dan aktivis Ika Vantiani mempertanyakan bagaimana selama lebih dari 30 tahun, definisi dan penjelasan kata ‘perempuan’ dalam KBBI tidak hanya didefinisikan dan dijelaskan berlawanan dari asal katanya yaitu ‘empu’ yang berarti ahli atau pengampu. Sangat bias gender serta cenderung misoginistik. 

"Bayangkan berapa banyak orang termasuk anak sekolah yang membuka kamus untuk mencari kata ‘perempuan’ dan yang mereka temukan adalah kata-kata seperti ‘pelacur’, ‘nakal’, ‘jalang’, ‘main perempuan’, ‘perempuan simpanan’ dan contoh kalimat  seperti ‘keperempuanan wanita desa yang dilanggar oleh tentara pendudukan’," kata Ika yang membuat kaos Ganti Penjelasan kata ‘perempuan’ dalam KBBI dan dikenakan saat Woman’s March 2020 lalu diproduksi sesuai dengan permintaan. Seniman dan kurator ini juga mengkampanyekan tagar #PerempuanDalamKamusBahasaIndonesia di akun media sosialnya.

Sebagai perempuan, Ika dan banyak perempuan lainnya yang mendukung kampanye Ganti Penjelasan Kata Perempuan di KBBI menolak dijelaskan secara negatif. "Perempuan bukan hidup untuk menjadi obyek seksual serta hanya dilihat dari sebagai milik dari pasangannya belaka" ia melanjutkan. 

 



 

Ika berdalil dari jurnal Betina, Wanita, Perempuan Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis Pragmatik karya Sudarwati & D. Jupriono yang menyebutkan secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti 'tuan', 'orang yang mahir atau berkuasa', atau pun 'kepala', 'hulu', atau 'yang paling besar'; maka, kita kenal kata empu jari 'ibu jari', empu gending 'orang yang mahir mencipta tembang'.

Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu 'sokong', 'memerintah', 'penyangga', 'penjaga keselamatan', bahkan 'wali'; kata mengampu artinya 'menahan agar tak jatuh' atau 'menyokong agar tidak runtuh'; kata mengampukan berarti 'memerintah (negeri)'; ada lagi pengampu 'penahan, penyangga, penyelamat', sehingga ada kata pengampu susu 'kutang' alias 'BH'.

Selain itu, kata perempuan juga berakar erat dari kata empuan; kata ini mengalami pemendekan menjadi puan yang artinya 'sapaan hormat pada perempuan', sebagai pasangan kata tuan 'sapaan hormat pada lelaki'.

Pihak Tim penyusun KBBI edisi kelima, yang diwakili oleh Ketua Redaksi Pelaksana dan Kepala Subbidang Kosakata Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Azhari Dasman Darnis menyampaikan pendapatnya. KBBI bukan kamus baku. Secara umum, KBBI adalah sebuah dokumen kebahasaan yang merekam fakta kebahasaan yang pernah ada di Indonesia sejak tahun 1998 yang dibuat dari kamus-kamus sebelumnya. KBBI mendefinisikan apa yang ada di masyarakat. 

“Jadi, bukan kamus yang meraba makna kemudian dilemparkan ke publik. Masyarakat menggunakan dulu lalu kami lihat dari berbagai sumber. Dari situ, kami formulasikan kedalam bentuk definisi dan label. Bisa dengan label yang dianggap kasar atau bentuk hormat dan sebagainya,” ia menjelaskan. 

“Entri biasanya punya beberapa definisi. Nomor satu, dua, tiga berdasarkan sifat historisnya. Contohnya kopi misalnya, kopi itu didefinisikan sebagai tanaman kopi dulu baru buah kopi. Demikian juga dengan perempuan. Perempuan dan laki laki semua sama pendefinisiannya. Dimulai dari nilai historisnya, awal munculnya seperti apa, setelah itu meningkat, meluas, atau menyempit sesuai dengan perkembangan jaman serta makna ditengah-tengah masyarakat,” ujar Azhari 

 


 

Ika sendiri melihat ada kerancuan antara definisi dan penjelasan. Kata yang dicantumkan didalam kamus dibagi menjadi dua bagian yaitu definisi kata dan kata turunannya atau penjelasannya. Paragraf yang pertama adalah bagian definisi. Sedangkan bagian selanjutnya merupakan penjelasan termasuk contoh penggunaan kata. 

 "Banyak orang bilang yang saya tuntut untuk diganti adalah definisinya. Padahal masalah yang paling jelas berada di bagian penjelasan kata ‘perempuan’. Itulah sebabnya pula dalam desain kaos Ganti penjelasan kata ‘perempuan’ ada banyak kata-kata dan kalimat yang kami garis bawahi dengan warna merah itu tujuannya untuk menegaskan hal tersebut," kata Ika. 

 Di KBBI daring yang yang diperbaharui setiap 6 bulan sekali, publik memungkinkan masyarakat untuk bisa menyumbang saran dan kritik untuk isi KBBI daring. "Saya sempat mengirimkan kritik dari penjelasan kata ‘perempuan’ dimana didalamnya ada kata ‘keperempuanan’ yang mengacu kepada ‘keperawanan’ dan contoh kalimat yang dibuat berkonotasi kepada tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh tentara kepada perempuan desa. Saya juga kirimkan contoh kalimat penggunaan kata ‘keperempuanan’," kisah Ika. Kritik dan ajuannya ditolak kritik karena katanya tidak sesuai dengan aturan yang digunakan dalam penyusunan sebuah kata di dalam kamus. 

Definisi maupun penjelasan kata bisa diganti. Hanya saja, menurut Azhari harus  sesuai dengan data tim yang didapatkan di tengah masyarakat. Namun, jika penjelasan kata perempuan masih berbunyi demikian, bukan berarti juga data di masyarakat belum berubah. “Mungkin sudah ada, tapi data kebahasaannya belum banyak. Jadi kira-kira apa makna yang berubah dari perempuan? Kalau memang ada, kami telusuri dan tambahkan. KBBI itu punya target setiap tahun ada beragam penambahan dari mulai perbaikan data, penambahan makna baru yang bentuknya menyempit atau meluas, dan juga kata kata dari bahasa asing atau bahasa daerah,” ujar Azhari. 

 Barangkali memang sekarang suara-suara keberatan perempuan belum cukup besar untuk mengubah penjelasan kata perempuan di KBBI. Namun, dengan bertambahnya perempuan yang sadar dan turut mendukung, bukan tidak mungkin penjelasan perempuan akan berhasil diganti. (WAHYU SEPTIYANI) Foto: Ig Raditya Bramantya, Dok. Ika Vantiani. Artikel ini telah dimuat di Majalah Dewi. 
 

 


Topic

Culture

Author

DEWI INDONESIA