Gaung Jazz Gunung
Di tahun keempat, ajang musik tahunan yang digelar di ketinggian Bromo ini makin menunjukkan daya tariknya.
26 Jun 2012


Jazz Gunung yang digagas oleh pakar perbankan yang juga fotografer lansekap Sigit Pramono bersama kakak beradik Butet Kartaredjasa, dan Djaduk Ferianto pada 2009 ini telah menjadi salah satu festival penting dalam peta musik jazz Indonesia. “Tahun ini, kami cukup kewalahan menyeleksi penampil, karena banyak sekali yang mendaftar,” kata Djaduk di konferensi pers Jazz Gunung 2012 yang diadakan di Menara BCA pada Selasa (12/6) lalu. Siang itu, ia didampingi oleh Sigit Pramono, Butet dan beberapa musisi jazz yang terlibat acara yang akan berlangsung pada 6 dan 7 Juli mendatang itu.

Diadakan di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, ajang ini memang menjadi tantangan menarik bagi banyak musisi jazz. Rendahnya suhu udara, membuat para musisi Indonesia yang terbiasa dengan udara tropis, tak cuma harus berkonsentrasi pada kualitas performa, tapi juga pada cara menghalau dingin yang menggigit tubuh mereka. “Dingin sekali, seperti main di Eropa. Di samping partitur kami, selalu disediakan alat pemanas supaya membantu kami tetap hangat,” Glenn Fredly, penyanyi yang tahun 2011 lalu ikut tampil membagi cerita. Tahun 2012 ini, selain Butet, Djaduk, dan Glenn, akan ada Iga Mawarni, Tompi, Dewa Budjana, ayah-anak Benny dan Barry Likumahua, Slamet Gundono, Ring Fire Project dan musisi dari berbagai daerah di Jawa seperti Muchi Choir (Yogyakarta), Gondho Jazz Trio (Surabaya), juga Kelompok Seni Darmawangi (Banyuwangi) tampil dalam Jazz Gunung.

Acara yang dalam empat kali penyelenggaraannya selalu didukung penuh oleh PT. Bank Central Asia (BCA) lewat program Bakti BCA itu tak cuma sukses menambah acara mengapresiasi musik jazz di Indonesia, tapi juga berhasil meningkatkan promosi wisata dan juga tingkat kunjungan ke daerah Bromo. “Kalau tahun lalu jumlah penonton tercatat sebanyak 1000 orang, kami berharap tahun itu dapat meningkat sebanyak 1300 orang per hari untuk dua hari festival,” kata Sigit. Menurutnya, ajang ini juga akan memuliakan pertunjukan seni lokal. ”Kami akan tampilkan kesenian tradisi Jathilan dan Reog dalam acara pembukaan,” tambahnya. Seperti yang sudah-sudah, Jazz Gunung juga akan dibarengi sebuah pameran seni rupa yang dilangsungkan di hotel milik Sigit, Java Banana. “Tahun ini kami mengundang seniman keramik Ahadiat Joedawinata untuk berpameran tunggal. Pameran berjudul SigNature itu akan dibuka pada 6 Juli dan akan berlangsung hingga Desember nanti,” Sigit menjelaskan. Durasi pameran yang cukup panjang itu sengaja dipilih agar lebih banyak orang yang menikmati karya keramik Ahadiat yang unik. (ISA), Foto: Dok. Jazz Gunung

 

Author

DEWI INDONESIA