Grand Indonesia Merayakan Sustainable Fashion Lewat GAYA
Mal Grand Indonesia mendorong program sustainability di bidang ritel melalui perhelatan GAYA selama 8-25 Agustus 2019
16 Aug 2019


Jenny Kate, Kantoro Permadi, Basrie Kamba, Eva Celia, Nicholas Saputra, dan para kolaborator GAYA lainnya dalam kesempatan Konferensi Pers.


Seiring perhatian masyarakat terhadap keselarasan bisnis dan dampaknya terhadap lingkungan, Grand Indonesia memperlihatkan komitmennya terhadap bisnis yang berkelanjutan melalui GAYA.
 
“GAYA adalah inisiatif yang dibuat Grand Indonesia untuk menggalakkan responsible shopping,” kata General Manager of Marketing, Communication & Operations Grand Indonesia Kantoro Permadi di acara konferensi pers GAYA, 15 Agustus 2019.
 
Kantoro lanjut menjelaskan saat ini para tenant di Grand Indonesia sudah melakukan usaha-usaha untuk meminimalisasi sampah, terutama sampah plastik. Ia menyebut sebanyak 40% tenant F&B di Grand Indonesia sudah tidak menggunakan sedotan plastik dan 75% tenant dari sektor fashion di Grand Indonesai sudah tidak menawarkan kantong plastik.
 
Targetnya, di akhir tahun 100% tenant Grand Indonesia bisa meminimalisasi sampah plastik sekaligus mendorong perilaku konsumsi yang lebih bertanggung jawab oleh para pengunjung.
 
Perihal keberlangsungan memang tak hanya mengenai sampah, plastik. Begitu pula sampah fashion, baik itu berupa limbah atau pakaian yang tak lagi terpakai. Untuk itu, Grand Indonesia memberikan sorotan terhadap para pelaku fashion yang sudah menerapkan prinsip keberlangsungan ini melalui GAYA yang mengusung tema “Future Fashion & Sustainable Lifestyle”.
 
Dalam pers konferens itu juga hadir salah satu kolaborator Jenny Kate, desainer sekaligus penggagas sustainable fashion brand asal Inggris. Komitmennya terhadap bisnis sustainable fashion ia tunjukkan dengan memastikan pengolahan sampah, limbah, serta pemilihan bahan baku produksi.
 
“Kami juga hanya mengeluarkan satu koleksi per tahun untuk mengurangi dampak fast fashion,” jelas Jenny. Soal sustainable fashion ini, perwakilan Indonesia Fashion Chamber Taruna Kusmayadi menyatakan bukan sekadar dilakukan dengan mendaur ulang. “Tetapi juga keberlangsungan setiap aspek bisnisnya,” kata Taruna pada kesempatan yang sama.
 
Hal ini maksudnya adalah keberlangsungan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menopang bisnis fashion. Maka dari itu, pihaknya juga mendorong lokakarya untuk para UMKM.
 
Ia juga menyadari perihal sustainability ini merupakan hal yang masih sangat baru di dunia fashion. “Tetapi kami sadar bahwa ini mulai jadi pembicaraan, dan saya pikir pada saatnya nanti kita harus mulai memikirkan antara keberlangsungan alam dan juga bisnis karena fashion adalah bagian dari gaya hidup yang selelu bicara tentang kebaruan,” tegasnya.
 
Pada penyelenggaraan tahun perdananya GAYA membuka serangkaian pagelaran busana dengan menghadirkan karya dari Novita Yunus, Aldre Indrayana, Jenny Kate dari Inggris serta Raye Padit dari Singapura pada 15 Agustus 2019.
 
Rangkaian pagelaran busana lainnya masih akan berlangsung sampai dengan tanggal 18 Agustus 2019 oleh para desainer dan brand Tanah Air seperti Kana Goods, Petang Hari, Jalin, KaIND serta beberapa designer dari Indonesian Fashion Chamber. (Teks & Foto: Shuliya Ratanavara.)
 
 

 


Topic

Fashion

Author

DEWI INDONESIA