High Brand dan High Street Label. Mungkinkah Bersatu?

Kolaborasi antara high brand dan high street label bukanlah barang baru. Pemerhati dan penikmat mode—jika tidak membeli, paling tidak—familier akan berbagai lansiran koleksi kapsul atau edisi spesial yang dilansir sejumlah label yang menggandeng desainer top atau merek luks dunia. Dari Uniqlo dengan Jil Sander dan Christophe Lemaire; Topshop bersama J.W Anderson dan Marques’Almeida; hingga kolaborasi rutin tahunan ala H&M (sejak 2004) bersama sejumlah nama top layaknya Karl Lagerfeld, Balmain, Lanvin, Maison Margiela, dan Alexander Wang. Beberapa terbilang sukses—baik secara komersil maupun dari segi media—sebagian lainnya tak terlalu beruntung bahkan ada yang berakhir kurang mengenakan (misalnya kekecewaan yang dialami Karl Lagerfeld).
Meski sudah rutin, namun sepertinya kolaborasi antara high brand dan high street label tak akan usai dalam waktu dekat. Tidak memiliki dampak signifikan pada persentase keseluruhan penjualan, apa alasan mendasar label-label high street membayar jutaan dolar untuk menggandeng desainer dan label top dunia? Atensi media dan brand building! Kemajuan dan pesatnya arus informasi mengecilkan peran profit jangka pendek jika dibanding dengan tayangan media secara keseluruhan yang membangun persepsi brand di benak konsumen dalam jangka yang lebih panjang. Misalnya saja studi dari perusahaan analisis Crimson Hexagon yang menganalisa dampak kolaborasi Alexander Wang dan H&M terhadap persepsi konsumen akan merek tersebut berdasarkan 171.345 posting-an di media sosial. Contoh lain pemanfaatan millennial wow-factor ialah hastag #BalmainHMNation yang viral—ditambah sokongan pre-campaign besar-besaran dari Kendall Jenner dan Jourdan Dunn—yang membuat kolaborasi Balmain x H&M menjadi salah satu yang paling sukses. (RW)
Meski sudah rutin, namun sepertinya kolaborasi antara high brand dan high street label tak akan usai dalam waktu dekat. Tidak memiliki dampak signifikan pada persentase keseluruhan penjualan, apa alasan mendasar label-label high street membayar jutaan dolar untuk menggandeng desainer dan label top dunia? Atensi media dan brand building! Kemajuan dan pesatnya arus informasi mengecilkan peran profit jangka pendek jika dibanding dengan tayangan media secara keseluruhan yang membangun persepsi brand di benak konsumen dalam jangka yang lebih panjang. Misalnya saja studi dari perusahaan analisis Crimson Hexagon yang menganalisa dampak kolaborasi Alexander Wang dan H&M terhadap persepsi konsumen akan merek tersebut berdasarkan 171.345 posting-an di media sosial. Contoh lain pemanfaatan millennial wow-factor ialah hastag #BalmainHMNation yang viral—ditambah sokongan pre-campaign besar-besaran dari Kendall Jenner dan Jourdan Dunn—yang membuat kolaborasi Balmain x H&M menjadi salah satu yang paling sukses. (RW)
Author
DEWI INDONESIATRENDING RIGHT THIS VERY SECOND
RUNWAY REPORT
Debut DIBBA “Odyssey” di Panggung Internasional