Pencerahan ala Desainer Marsha Siagian, Ingrid Husodo dan Bramanta Wijaya

Setelah mengembangkan label masing-masing selama beberapa tahun terakhir, tiga desainer muda Marsha Siagian, Ingrid Husodo, dan Bramanta Wijaya memutuskan untuk menampilkan karya mereka bersama-sama dalam peragaan busana bertajuk “Epiphany” yang digelar pada hari kelima Jakarta Fashion Week 2016, Rabu 28 Oktober. Epiphany menjadi ‘pencerahan’ bagi ketiganya dalam mengangkat sejarah dan kekayaan alam Indonesia dalam rancangannya yang memiliki benang merah feminitas.
Ingrid Husodo membuka peragaan busana dengan koleksi Spring/Summer 2016 yang bertajuk Aftermath. Koleksi ini terinspirasi dari kolonialisme Jepang di Indonesia. Koleksi ini didominasi minidress satin atau organza warna hitam dengan print asap atau kabut yang mencerminkan kesedihan, kebencian, harapan dan cinta.
Berikutnya adalah koleksi dari Marsha Siagian yang bertajuk Immersion. Koleksi ini terinspirasi dari kehidupan laut dan pulau-pulau di Indonesia timur. Patchwork modern dan rajutan benang tipis dikedepankan pada koleksi ini, yang dikerjakan menjadi baju harian dalam warna-warna klasik pelaut.
Bramanta Wijaya menutup show dengan koleksi Mellifluous Marmoreal yang seolah membawa para penonton ke dalam dongeng Alice in Wonderland, dengan deretan koleksi dalam paduan varian lavender dan putih, dan juga headpiece berbentuk kepala dan kuping kelinci. Siluet yang ditampilkan mengusung keindahan lekuk tubuh seorang wanita yang dirumuskan dalam nafas era 1930an, potongan pas di pinggang dan jatuh di bagian bawah dengan penggunaan bahan yang lembut seperti silk atau lace. Seperti arti dari mellifluous, Bramanta berhasil menyuguhkan koleksi yang manis dan lembut. (DV) Foto: Dok. Jakarta Fashion Week
Ingrid Husodo membuka peragaan busana dengan koleksi Spring/Summer 2016 yang bertajuk Aftermath. Koleksi ini terinspirasi dari kolonialisme Jepang di Indonesia. Koleksi ini didominasi minidress satin atau organza warna hitam dengan print asap atau kabut yang mencerminkan kesedihan, kebencian, harapan dan cinta.
Berikutnya adalah koleksi dari Marsha Siagian yang bertajuk Immersion. Koleksi ini terinspirasi dari kehidupan laut dan pulau-pulau di Indonesia timur. Patchwork modern dan rajutan benang tipis dikedepankan pada koleksi ini, yang dikerjakan menjadi baju harian dalam warna-warna klasik pelaut.
Bramanta Wijaya menutup show dengan koleksi Mellifluous Marmoreal yang seolah membawa para penonton ke dalam dongeng Alice in Wonderland, dengan deretan koleksi dalam paduan varian lavender dan putih, dan juga headpiece berbentuk kepala dan kuping kelinci. Siluet yang ditampilkan mengusung keindahan lekuk tubuh seorang wanita yang dirumuskan dalam nafas era 1930an, potongan pas di pinggang dan jatuh di bagian bawah dengan penggunaan bahan yang lembut seperti silk atau lace. Seperti arti dari mellifluous, Bramanta berhasil menyuguhkan koleksi yang manis dan lembut. (DV) Foto: Dok. Jakarta Fashion Week