5 Pertanyaan Untuk Mira Amahorseya
Perbincangan hangat dengan Direktur Utama PT. Sarinah tentang ambisi dan rahasia hidup.
24 Jan 2014


Mira Amahorseya adalah perempuan pertama yang menduduki posisi puncak di PT. Sarinah (Persero), sepanjang 52 tahun berdirinya BUMN bidang ritel tersebut di Indonesia. Mira yang mulai meniti karier di Sarinah sejak tahun 1990, tahun 2012 lalu berhasil meraih posisi Direktur Utama perusahaan pelat merah tersebut. Kepada dewi dalam sebuah perbincangan di kantornya belum lama ini, Mira bertutur tentang ambisinya membenahi Sarinah agar semakin maju lagi, hingga berbagi rahasia hidup agar senantiasa bahagia.

Bisa cerita keadaan terkini Sarinah dan kemajuan yang telah diraih di bawah komando Anda?

Sarinah adalah pusat perbelanjaan modern pertama yang diprakarsai oleh Presiden pertama RI sehingga kaya akan latar belakang sejarah. Namun saat ini memang banyak pesaing ritel lainnya sehingga Sarinah terkesan lawas, makanya kita berbenah dan men-“diferensiasi”-kan diri tetap sebagai pusat ritel yang memasarkan produk khas berbasis budaya dari mulai batik hingga hasil kerajinan. Di tahun 2010, Menparekraf meng-”acknowledge” Sarinah sebagai The Indonesian Emporium atau pusat perdagangan barang-barang Indonesia, sehingga diharapkan menjadi destinasi wisatawan seperti layaknya Harrods di London atau Macy's dari New York. Belum ke Indonesia kalau belum ke Sarinah.

Selain menampung beragam label lokal, Sarinah juga kini telah memiliki label sendiri bernama Mea, label fashion dengan tema modern in heritage yang sudah 2 kali tampil di Jakarta Fashion Week (JFW). Sementara di bidang F & B, Sarinah memiliki cafe bernama A Cup of Java. Sesungguhnya bisnis Sarinah bukan ritel saja, ada juga aktivitas perdagangan komoditi baik impor maupun ekspor serta distribusi dan property management. Yang pasti tren profit Sarinah untuk penjualan dan laba hingga tahun 2013 lalu cenderung naik, serta occupancy Sarinah Thamrin saat ini 100 %.

Gebrakan apa saja yang ingin dilakukan untuk semakin memajukan Sarinah?

Saya ingin sekali mengembangkan Sarinah Thamrin menjadi Sarinah Square, sebenarnya ini ide lama yang belum juga terwujud, sebuah kawasan terpadu pusat perbelanjaan ritel, apartemen hingga perkantoran yang nantinya disesuaikan dengan kajian Highest & Best Use lokasi tersebut. Untuk optimalisasi aset lainnya, Sarinah juga ke depannya ingin kerjasama membangun hotel di Jl. Braga, Bandung, serta tentunya terus membuka gerai/counter Sarinah di mana-mana, di dalam dan di luar negeri.

Tantangan mengepalai BUMN Sarinah?

Tantangannya, di Human Capital bagaimana membangun SDM agar semakin tangguh dan berdaya saing tinggi. Tantangan lain adalah keinginan untuk cepat mewujudkan sesuatu tetapi harus menjalin kerjasama dengan banyak pihak dengan beragam kultur dari pemerintah sampai swasta, namun mengelola SDM itulah yang paling menantang. Kesulitan ada, dinamika pasti ada, namun semua tidak terlalu terasa, semuanya dibawa enjoy saja, kalau kita berpikir positif.

Pandangan Anda tentang potensi perempuan mengisi posisi puncak?

Memang jumlah perempuan menjadi pemimpin terbilang lebih sedikit daripada lelaki, namun potensi sangat terbuka lebar saat ini sudah semakin bermunculan. Di BUMN sendiri, sudah semakin banyak di nakhodai wanita. Seyogyanya perempuan dalam pekerjaan harus memberikan manfaat yang lebih, karena sehari-hari sudah “meninggalkan” sesuatu yang mempunyai makna yang sangat besar dalam kehidupannya yaitu keluarga. Oleh karenanya, pekerjaan haruslah memberi arti & makna yang tidak hanya untuk pribadi maupun keluarga tapi juga bagi banyak orang.

Ada resep menjalani hidup yang bisa dibagi pada pembaca dewi?

Look at the bright side of everything. Percayalah semua ada solusinya. Dalam hidup, masalah pasti ada, namun selalu harus dibawa ke arah positif. Yang penting kita mengetahui & mengikuti tujuan hidup kita yang hakiki yaitu “Menyenangkan hati  Pencipta kita”, sehingga kita tenang dan tidak mudah terombang-ambing dalam kehidupan yang semakin kompleks ini. (DI) Foto: Dok. Mira Amahorseya



 

Author

DEWI INDONESIA