Surat Titarubi tentang Karya yang Mendesirkan Hati
Perupa terkemuka ini membagi pengalaman menikmati seni bermutu.
4 Apr 2013


Aku merenungkan perasaanku pada karya-karya yang aku suka, menunggu reaksi dari tubuhku, apakah ia berdesir, apakah detak jantungku berdegup lebih keras, atau apakah aku masih merindukan untuk kembali melihatnya. Dan aku masih merasakan sesuatu yang luar biasa bahkan hanya dengan mengingatnya.

1. Cai Guo-Qiang, Black Peony. 2008. Bubuk mesiu di atas porselen. 66,83 x 37,31 x 5,72 cm.

Karya ini membuatku tertegun dan darahku berdesir. Bisa dibayangkan porselen tipis berwarna putih, sekuntum bunga yang indah, tergeletak bertabur mesiu. Sebagai orang yang belajar keramik, aku terheran-heran dengan keputusan sang seniman membuat karya berbahan porselen (keramik dengan bakaran tinggi) dan memadukannya dengan bubuk mesiu yang rekat, dan tampak seperti mengalami proses dibakar bersama-sama di dalam tungku. Bubuk mesiu yang terbakar mengimajinasikan ledakan dan keping porselen adalah media rapuh.

Ingatan akan karya ini menumbuhkan kekaguman akan kemampuan teknis sang seniman sekaligus menyimpan kesedihan yang pilu dalam hatiku.

2. Antonio Canova, Psyche Revived by Cupid's Kiss, 1787. Marbel. 155 x 168 x 101 cm. Paris, Musée du Louvre.

Pahatan yang halus dan detail yang luar biasa menggambarkan sebuah adegan yang memicu sensualitas, kasih sayang, dan cinta yang lembut.

3. Sebuah sampan kecil karya Ch’en Tsu-Chang, 1737, olive-stone, 16 x 34 mm. Dengan pahatan puisi Su Shi "Ode Terakhir di Tebing Merah", 1082. The National Palace, Taipei, Taiwan.

Karya ini membuatku tercengang, karena bentuknya yang sangat kecil dan di dasar sampannya terpahat lebih dari 300 karakter huruf kanji yang diukir dengan rinci berderet-deret. Pahatan lengkap salah satu puisi terkenal karya Su-Shi, Ode Terakhir di Tebing Merah—Chibifu atau Hou Chibifu.

Sudah tiga kali aku datang ke museum ini, sebanyak aku datang ke kota dan negara ini. The National Palace, di Taipei, Taiwan, hal yang pertama dan utama muncul di benakku untuk dituju, untuk melihat lagi karya itu. Sumber: surat Titarubi untuk pembaca dewimagazine.com. Disarikan oleh: LC. Foto: titarubi.com

 

Author

DEWI INDONESIA