Petty Elliott dengan Kisah Manis Perjalanannya Menjadi Juru Masak Andal
Petty Elliott menggabungkan impian dan kenangan menjadi sebuah pembuktian yang membuat namanya berkibar sebagai seorang juru masak andal.
3 Oct 2017


1 / 2
Wangi hidangan baru dimasak menyeruak tatkala kami tiba di halaman rumah Petty Elliott. Siang itu ia memang ada janji bertemu dewi. Tak hanya janji temu biasa, Ia juga berjanji membuat hidangan istimewa untuk dewi. Dan begitu mencium harumnya, pikiran kami mulai berkhayal, hidangan lezat seperti apa yang akan terhidang.
Petty Elliott memang bukan seorang chef dari hasil tempaan sekolah kuliner ternama dunia. Baginya, dapur rumah dan meja makan adalah sekolahnya. Suami dan anak-anak menjadi penilainya. "Saya awalnya menolak dipanggil dengan sebutan chef. Saya rasa gelar tersebut hanya bagi mereka yang menempuh pendidikan  juru masak, sementara saya hanyalah ibu rumah tangga," ujar perempuan berdarah Minahasa ini.
Perjalanannya sebagai seorang chef dimulai ketika tinggal di Inggris pada awal tahun 2000. Karena gemar memasak, ia kerap menjamu para tamu dan rekan sang suami yang bertandang ke rumahnya. Ia suguhkan ragam masakan Indonesia namun dengan sedikit sentuhan barat. “Kendalanya ketika memasak hidangan Indonesia di luar negeri adalah terbatasnya bumbu, namun hal tersebut bagi saya bukan masalah berarti karena saya dapat menggantinya dengan beberapa bahan yang mirip.” Ia pernah membuat salad tapi bahannya dengan cacahan cabai seperti rujak dan irisan serai, atau yang dikenal di dunia barat sebagai lemongrass. “Bagi teman – teman saya di Inggris, ini adalah hal unik, hingga mereka senang dan minta diajarkan cara pembuatannya.”
Ia juga melihat di Inggris pada masa itu, restoran dan hidangan Indonesia sangat kurang. “Karena permintaan teman – teman itu lah saya kemudian membuka bisnis katering pertama saya di Inggris.”
Petty sendiri menganut paham hidangan fusion Indonesia. Artinya ia tidak benar-benar meniru setiap takaran bumbu konvensional yang digunakan untuk memasak hidangan Indonesia. "Karena ada beberapa chef yang sangat konservatif, misal takaran cabai dan bumbunya segitu, ya harus segitu. Bagi mereka, itu cara paling benar memperkenalkan hidangan Indonesia. Kalau saya tidak begitu," jelasnya.
Namanya mulai dikenal setelah mengikuti BBC Masterchef dan mendapat posisi keempat. Kompetisi memasak ini dulunya hanya untuk amatir. Sebagai ibu rumah tangga, Petty kemudian mencoba melombakan resepnya pada ajang tersebut. Tak disangka setelah melewati berbagai babak, ia terpilih sebagai finalis. "Dari sini saya mulai memiliki perhatian terhadap masakan Indonesia."
Sepulangnya ke Indonesia, Petty memilih jalan sebagai food writer. "Tulisan pertama saya tentang cokelat," kenangnya.
14 tahun lamanya ia menggeluti bidang ini, mulai sebagi kritikus, menulis resep, hingga akhirnya menulis bukunya sendiri. "Ini seperti menggabungkan dua hal yang saya senangi, makanan dan menulis." Buku pertama yang ditulis berjudul Papaya Flowers atau dalam bahasa Indonesia, kita kenal dengan Bunga Pepaya. Bunga pepaya sejatinya memiliki rasa pahit, namun jika diolah dengan tepat dapat menjadi sayuran yang nikmat dan segar. Rupanya buku ini terilhami dari hidangan khas Minahasa yang biasa dinikmati Petty nikmati saat kecil. "Bunga pepaya itu rasanya sangat pahit, tapi saya terus terkenang akan hidangan yang kerap dimasak oleh oma saya. Ia mampu membuatnya dengan benar hingga rasa pahitnya tidak ada lagi."
Butuh waktu cukup lama sebelum akhirnya ia kemudian membuat buku keduanya yang berjudul Jakarta Bites. Buku yang kemudian memenangkan penghargaan pertama pada ajang Gourmand World Cook Book Awards. Di buku ini ia bercerita mengenai perjalanan hidangan khas Indonesia dari warung – warung pinggir Jakarta. Petty merangkum perjalanan hidangan tersebut dengan deretan resep yang menggugah selera. “Bagi beberapa orang, mungkin mereka merasa resep yang saya tulis di buku ini terlalu clean (terlalu rumahan dibanding makanan street food), padahal saya menulis tentang hidangan ala kaki lima,” ujarnya sembari tertawa.
Buku kedua ini juga terilhami oleh kegiatan Petty sehari – hari di Jakarta. “Saya ingin membuat sebuah buku yang berisi kenangan kehidupan saya, namun berkaitan juga dengan makanan. Mungkin yang selanjutnya akan bercerita mengenai kehidupan saya di Inggris, kebetulan mertua juga memiliki kumpulan resep hidangan Inggris,” jelasnya.
Apa lagi mimpi Petty yang lain? “Saya ingin memiliki percetakan buku sendiri, sehingga dapat mencetak serta mendistribusikan buku saya ke seluruh Indonesia, bahkan ke dunia. Kita pernah mendengar pepatah, jika menginginkan sesuatu, maka mulailah dengan bermimpi, dan itu yang saya lakukan sekarang,” ujarnya mengakhiri perbincangan dan segera bergegas menyiapkan hidangan kreasinya untuk menjamu dewi. (TA) Foto: Denny Herlianso
 
 

 

Author

DEWI INDONESIA