Jaringan Kampung Nusantara ternyata Menjadi Wadah Kekayaan Budaya Indonesia
Mengajak para seniman dan juga rakyat untuk menggelar kesenian di kampung-kampung di Indonesia.
9 Aug 2016


Ketika mendengar kata ‘kampung’, apa makna yang sering terdengar? Kampung kerap diartikan negatif sebagai bentuk lawan dari kata ‘modern’. Padahal, kampung di Indonesia menjadi tempat di mana tradisi berasal dan kebudayaan kuat mengakar. Dari kampung, muncul semangat kebersamaan dan kerja sama. “Menjadikan kampung sebagai kekayaan budaya Indonesia yang bermakna positif adalah salah satu tujuan Jaringan Kampung Nusantara”, kata Redy Eko Prasetyo, salah satu penggerak Jaringan Kampung Nusantara.
Jaringan Kampung Nusantara dibentuk saat gelaran festival kampung atau Hari Raya Kebudayaan yang diadakan di Kampung Temenggungan Banyuwangi, Jawa Timur, pada 17 Januari 2015. Acara ini diikuti oleh budayawan dan seniman dari Indonesia dan beberapa negara dunia yang ikut mendeklarasikan Jaringan Festival Kampung Nusantara. Deklarasi dilakukan para seniman di depan Pendopo Kabupaten Banyuwangi dan menjadi bagian dari rangkaian Festival Kampung Temenggungan. Seniman yang ikut dalam deklarasi tersebut yaitu Gilles Saisi (gitaris asal Perancis), Marios Manelaou (pemain bass asal Cyprus), Isi Wolf (pemain light clarinet asal Inggris), Sarka Bartuskova (penari asal Republik Ceko), dan dua seniman asal Lithuania yaitu Matilda Minibrook (penari) dan Lucas Paltanavicius (pemain violin). Sementara deretan musisi Indonesia yang ikut terlibat berasal dari Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Bali, Bandung, Yogyakarta, Solo, Tuban, dan Malang.
Jaringan Kampung Nusantara didirikan oleh Redy Eko Prasetyo. Komunitas ini terdiri dari beberapa festival kebudayaan yaitu Festival Kampung Cempluk Malang, Festival Jati 7 Jawa Barat, Festival Lima Gunung Jawa Tengah, Festival Kampung Pecinan Malang, Festival Kampung Rengel Tuban, Festival Kampung Paser Kalimantan Timur, Festival Kampung Temenggungan, Festival Karawang Art Village dan Festival Kampung Celeket. “Melalui Jaringan Kampung Nusantara, kami berharap tercipta ruang jejaring dalam saling silang potensi dan menguatkan kebudayaan Indonesia sekaligus menjadikan kampung sebagai penjaga persatuan Indonesia”, kata Redy.
Melalui gerakan ini, Jaringan Kampung Nusantara mengajak seniman dan rakyat Indonesia untuk menggelar kesenian di kampung-kampung di Indonesia. Pertunjukan yang tidak diadakan secara eksklusif di dalam gedung kesenian, melainkan di jalanan sebagai ciri area kampung. Para pengabdi Jaringan Kampung Nusantara saling mengunjungi warga kampung untuk berbagi ide dan berkolaborasi dalam aktivitas kesenian yang disebut Hari Raya Kebudayaan. Selain itu juga melakukan pendampingan pada karang taruna dan komunitas kampung agar terangkat kepercayaan diri dan potensi para warganya. Saat ini, daerah yang telah bersinergi dengan Jaringan Kampung Nusantara yaitu antara lain kampung Sido Mukti di Malang, kampung Tumenggungan di Banyuwangi, kampung Muara Kaman di Kalimantan Timur, kampung Buntoi di Kalimantan Tengah, kampung Nini Towok di Jogjakarta, kampung Rengel di Tuban, kampung Langai di Situbundo, kampung Gunung Wukir di kota Batu, dan masih banyak lagi kampung-kampung lainnya. Beragam latar belakang penduduknya disatukan oleh rasa kesatuan sebagai manusia Indonesia yang memiliki komitmen untuk menjadikan kampung sebagai sumber positif bagi ide dan kreativitas.      
Interaksi sosial antara seniman dan warga kampung menguat lewat konsep festival kampung. Sebuah cara merayakan keragaman budaya sekaligus mengangkat potensi budaya lokal warga kampung dalam bentuk festival. “Warga pun bisa belajar seni dan budaya daerah lain sehingga memperkaya wawasan dan pada akhirnya memperdalam rasa cinta kita pada negeri ini”, kata Eko Raskito, ketua Kampung Wisata Temenggungan. (RR) Foto: Dok. Jaringan Kampung Nusantara   
 

 

Author

DEWI INDONESIA