Berawal Dari Kerinduan Berolahraga, Christopher Tobing Menggagas Nusantarun
Sebagai pendiri Big Change Agency Indonesia, Christopher Tobing yang menyukai lari kemudian mengadakan Nusantarun untuk membantu orang yang membutuhkan.
27 Oct 2016




Melbourne, Australia sedikit banyak mengubah Christopher Tobing, pendiri Big Change Agency Indonesia sebuah perusahaan konsultan bisnis dan penggagas Nusantarun, sebuah ajang ultra maraton yang ditujukan untuk menggalang dana bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Di kota ini Christopher sempat melanjutkan studi dan bekerja. Gaya hidup kaum muda urban di kota itu turut memengaruhi Christopher. “Setiap hari saya minum bir, kerap minum kopi karena juga sempat bekerja di kedai kopi, saya merokok, dan mengkonsumsi makanan tanpa memikirkan kandungan manfaatnya,” tutur Chris. Berat tubuhnya saat itu sempat mencapai angka 105 kilogram.
Dari sana muncul kerinduan untuk berolahraga. “Dulu ayah sering mengajak olahraga lari tetapi tidak pernah saya lakukan dengan konsisten dan saya ingin mengubah kebiasaan itu,” lanjutnya. Berbagai lomba lari di kota Melbourne seperti Run Melbourne rutin ia ikuti. Dan kebiasaan tersebut terus berlanjut ketika ia kembali ke Indonesia.
Konsistensi dalam lari menghantarkan Christopher ke kompetisi yang ada di luar kota dan luar negeri. Keinginan untuk meningkatkan performa olahraga lari pun lahir. Tahun ini ia telah mengikuti dua ajang half iron man di Vietnam. Ia mampu menyelesaikannya meski belum menjadi juara. “Saya memang tidak ingin ngoyo karena saya ingin menikmati proses lomba. Dengan begitu saya bisa mempersiapkan diri untuk ikut ajang iron man,” tutur Christopher.
Bagi Christopher lari juga berkembang menjadi aktivitas yang tak hanya memuaskan diri. Pada tahun 2013 ia merancang Nusantarun. “Ide awalnya seperti mimpi di siang bolong. Saya dan teman ingin lari ‘pulang kampung’ ke daerah asal kami. Tentu tak langsung terjadi. Kami terlebih dahulu melakukan ultra maraton dari Jakarta ke Bogor tetapi kami ingin agar aktivitas lari bisa bermanfaat bagi orang lain. Akhirnya kami menyebar info pada kawan-kawan tentang rencana lari dan rencana untuk menggalang dana bagi sebuah panti asuhan dari kegiatan tersebut. Ternyata mereka justru berminat untuk ikut lari dan menyumbang. Saat itu terkumpul 50 orang dengan jumlah donasi Rp3.500.000,-. Dari sana saya merasa program ini harus dibuat dengan serius,”
Kini Nusantarun telah memasuki tahun ke empat dan diselenggarakan menjelang akhir tahun. Visi Christopher berkembang, ia ingin agar Nusantarun membangkitkan keinginan masyarakat untuk keliling Indonesia dan membantu menyukseskan kondisi pendidikan di negara ini. Peserta diharapkan tak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari mancanegara.
Tim Nusantarun pun tak henti meriset berbagai yayasan yang tengah memerlukan bantuan. Di kali ketiga diadakannya, Nusantarun berhasil menyumbang dana lebih dari satu miliar untuk membantu penyediaan perlengkapan sekolah selama tiga tahun. Dan tahun ini Christopher bertekad untuk membantu pembangunan sekolah di Purwokerto melalui Nusantarun yang diadakan dengan rute Cirebon hingga Purwokerto.
“Lari turut membuka mata saya. Membuat saya banyak belajar dan mampu menyalurkan keinginan untuk membantu orang lain. Saya ingin menghapus pandangan ‘ingin membantu tetapi tidak tahu caranya atau tidak bisa’ karena sebenarnya selalu ada cara bagi kita untuk menolong orang lain,” lanjutnya. Keinginannya dalam olahraga hanya satu yakni menjadi most improved runner. (JAR) Foto: dok. Hakim Satriyo
 

 

Author

DEWI INDONESIA