Bila Novelis NH Dini Menulis dengan Gambar

Namun menurut Triyanto dalam esainya, Dini lebih suka menyebut karyanya sebagai gambar, bukan lukisan dan memasukkan proses berkarya visualnya sebagai sebuah ajang relaksasi setelah ia menulis. “Menggambar lebih merupakan kegairahan saya mewujudkan apa pun yang tanpa target, tanpa diatur-atur, merdeka, dan bebas,” kata Dini pada Triyanto suatu kali. Novel-novel Dini, seperti Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, dan Sebuah Lorong di Kotaku menjadi bacaan wajib siswa sekolah di Indonesia pada 1980-an.
Pameran ini telah berakhir Sabtu lalu, 18 Mei 2013. Tapi jejaknya layak dicatat. Menurut Triyanto, ada ‘teks-teks’ lain yang hadir dalam gambar-gambar itu. Untuk membaca ‘teks-teks’ itu, Triyanto memberi beberapa kiat yang bisa berguna kala menikmati karya-karya Dini, “Tidak perlu tegang berhadapan dengan goresan-goresan yang kadang-kadang sangat biasa, kadang-kadang menakjubkan, kadang-kadang mencapai tahapan zen.” Tapi di tengah sikap relaks itu, tetap harus waspada. “Karena relaksasi Dini bukan relaksasi biasa,” tulisnya. (ISA), Foto: Dok: Outdetrap Gallery