Padan Wiski The Balvenie
Wiski The Balvenie mengakrabkan diri dengan publik Jakarta melalui Exclusive Dinner Pairing Tasting Session.
3 Jun 2014


William Grant & Sons, sebuah penyulingan independen milik keluarga yang berkantor pusat di Inggris, menggelar The Balvenie Exclusive Dinner Pairing Tasting Session di Wilshire, beberapa waktu lalu. Turut hadir Matthew Fergusson-Stewart, brand ambassador dari William Grant & Sons Asia Tenggara, yang memperkenalkan tiga varian The Balvenie, yakni single malt whisky termasuk The Balvenie DoubleWood 12 Year Old, The Balvenie Peated Cask 17 Year Old, and The Balvenie Portwood 21 Year Old.

Tiga minuman tersebut kemudian dipadankan dengan tiga menu makanan menggugah selera. The Balvenie DoubleWood 12 Year Old dipadankan dengan Baked Camembert (camembert, honey gelee, water crackers), The Balvenie Peated Cask 17 Year Old dipadankan dengan USDA prime tenderloin steak (mashed potatoes, seasonal vegetables), dan The Balvenie Portwood 21 Year Old dipadankan dengan Sous Vide salmon (sous vide salmon, seasonal vegetables, grilled corn, teriyaki sauce).

Sebagai pengajar wiski yang berpengalaman, Matthew menikmati berbagi cerita tentang wiski secara interaktif kepada para tetamu. Matthew adalah seorang veteran di industri wiski. Selain pernah menjabat sebagai State Manager of The Scotch Whisky Malt Society di Australia bagian Barat, Matthew juga pencipta dan Director of Stewart’s Whisky Consultancy ketika dia pindah ke Singapura. Sejak pindah ke Singapura, dia mengelola The Auld Alliance yang memiliki pilihan wiski terbesar di Asia Tenggara, dan menciptakan situs interaktif untuk membantu penggemar memilih singe malt yang mereka sukai berdasarkan preferensi rasa. Dia juga penulis dua makalah kontroversial mengenai chill-filtration terbitan Malt Maniacs.

Matthew menjelaskan tentang The Balvenie yang memiliki tradisi unik menanam sendiri tumbuhan barley, sebagai langkah awal proses pembuatan produk wiski. The Balvenie percaya dengan cara-cara tradisional, mulai dari floor malting (pembuatan malt di lantai), dan mempekerjakan coppersmith (pandai-tempa tembaga) dan cooperage (pembuat drum) berada di dalam pabrik. Sebab dengan cara tradisional inilah dipercaya untuk mendapatkan rasa yang berbeda yang dicari para pecinta wiski. (DI) Foto: Dok. Balvenie

 

Author

DEWI INDONESIA