Ini Daftar Lengkap Nominasi Asia 2016/17 International Woolmark Prize
Tiga desainer Indonesia akan bersaing bersama desainer Cina, Hong Kong, Korea Selatan dan Jepang di ajang penuh prestis Asia 2016/17 International Woolmark Prize.
14 Apr 2016


1 / 17
The Woolmark Company baru saja mengumumkan daftar desainer nominasi Asia untuk International Woolmark Prize, salah satu penghargaan mode paling prestisius di dunia. Ajang ini akan mencari masing-masing 1 desainer yang terbaik dari dua kategori yaitu womenswear dan menswear.  Di Indonesia, The Woolmark Company sebagai penyelenggara International Woolmark Prize bekerja sama dengan Femina Group sebagai badan nominasi resmi.

Ini daftar nominasi lengkapnya:

Womenswear:
 XU ZHI - China
M ESSENTIAL All About Love - China
ROBERT WUN -  Hong Kong
WHOSTHAT - Hong Kong
TOTON - Indonesia
MAJOR MINOR MAHA - Indonesia
YASUTOSHI EZUMI - Japan
MOTOHIRO TANJI - Japan
HEO HWAN SIMULATION - S. Korea
R. SHEMISTE - S. Korea
 
Menswear:
 SEAN SUEN - China
ALEXANDER T.ZHAO - China
SIXLEE - Hong Kong
VINORA - Indonesia
DISCOVERED - Japan
MÜNN - S. Korea
 
80 desainer telah diseleksi dari 62 negara untuk berpartisipasi di penghargaan tahun ini, yang akan menciptakan kreasi dari wol Merino Australia yang berkualitas.
Enam ajang regional yang bertempat di Hong Kong, Sydney, Milan, London, New York dan Mumbai  akan diselenggarakan serentak di sepanjang bulan Juli. Para desainer nominasi diminta untuk mengkreasikan 1 tampilan yang menggunakan material wol Merino dan 6 buah konsep koleksi kapsul yang akan dipresentasikan di hadapan para juri untuk mendapatkan peluang berlaga mewakili regionalnya di ajang final.

Masuk dalam kategori material natural dan luks, wol punya sejarah panjang di industri mode dunia. Sejak tahun 1930-an, permintaan yang tinggi akan material ini, khususnya di barat, mendorong sejumlah negara top penghasil wol memutuskan mempromosikan produk mereka ke kancah internasional. Kala itu, pasar wol dipimpin oleh Australia sebagai pemasok paling dominan. 

Di tahun 1936, para petani wol akhirnya sepakat untuk membebankan retribusi sebanyak 6 sen bagi tiap bal yang diproduksi untuk kebutuhan riset dan promosi. Desakan akan hadirnya sebuah badan yang terorganisir mendorong berdirinya International Wool Publicity and Research Secretariat pada 1 Juli 1937, tak berapa lama, namanya pun kemudian berganti menjadi International Wool Secretariat (IWS). Berkantor pusat di London, IWS memiliki sejumlah kantor perwakilan di tiap negara penghasil wol di pertengahan tahun 1950-an.

Pada 1954, dibuatlah IWS Prize. Ajang penghargaan sebagai bentuk apresiasi pada kesempurnaan dan inovasi desain di dunia mode, sekaligus mempromosikan wol dalam bentuknya yang paling orisinal: alami dan premium. Ajang ini merupakan inkarnasi awal dari International Woolmark Prize (IWP).

Meski diluncurkan pertama kali pada 1953, namun International Woolmark Prize baru menerima sorotan saat dua desainer muda yang kala itu belum dikenal, Karl Lagerfeld (21) dan Yves Saint Laurent (18), maju ke atas panggung untuk menerima penghargaan mereka. Lagerfeld merupakan pemenang untuk kategori mantel, sedang Saint Laurent meraih penghargaan untuk desain gaun. Dengan juri panel yang terdiri dari Hubert de Givenchy dan Pierre Balmain, momen tersebut menjadi salah satu momen paling diingat dalam sejarah fashion dunia. (CA) Foto: Dok. The Woolmark Company
 

 

Author

DEWI INDONESIA