Intip uniknya seni membuat sepatu Salvatore Ferragamo Vara dan Varina.

Label asal Italia, Salvatore Ferragamo, sejak lama telah dikenal sebagai salah satu label penghasil sepatu berkualitas tinggi. Sejak didirikan pada tahun 1920-an, ilmu kerajinan tangan autentik yang dimiliki oleh para pembuat sepatunya diwariskan secara turun temurun kepada generasi pengrajin selanjutnya. . Sebanyak 7000 pasang sepatu diproduksi setiap harinya dengan perbandingan 5500 pasang sepatu wanita dan 1500 pasang sepatu pria. Setiap pengrajinnya sendiri dapat memproduksi 6-7 pasang sepatu dengan model klasik setiap harinya. Dari sekian banyak pabrik di Italia, bisa dibilang mayoritas pabriknya mendedikasikan diri secara eksklusif hanya membuat sepatu Ferragamo.
Bangga akan nilai autentik yang masih dimilikinya, Ferragamo akhirnya mendatangkan salah satu pengrajinnya dari Italia untuk melakukan demo pembuatan langsung sepatu-sepatu klasiknya. Ialah Floriano Pratelli, seorang master craftsman berumur 70 tahun yang telah mendedikasikan dirinya selama 50 tahun di bidang pembuatan sepatu, di mana 26 tahun terakhir di bawah label Ferragamo. Selama 4 hari, Floriano memperlihatkan langsung rahasia di balik pembuatan sepatu-sepatu ini kepada pengunjung butik Ferragamo di Senayan City dan Plaza Indonesia, Jakarta.
“Membuat sepatu di Italia tergolong sebagai seni khas Italia, sama halnya seperti membuat batik di Indonesia. Sebanyak 184 langkah diperlukan untuk membuat sepasang sepatu klasik Ferragamo selama 3 hari kerja dengan tambahan waktu 1,5 hari untuk mendiamkan sepatu di dalam cetakan agar terbentuk dengan sempurna. Kami juga menggunakan French Calf, kulit terbaik sebagai material utama, yang berasal dari Eropa,” jelas Assistant Brand Manager, Jeanne Stephanie.
Di balik kesuksesan label Ferragamo, terdapat juga sebuah cerita tentang asal usul sepatu Vara yang tak terlupakan. Fiamma, putri sulung Ferragamo, menginginkan sepasang sepatu yang kasual namun elegan dan hadirlah Vara, sepasang sepatu dengan hak rendah, round toe, dan pita yang terbuat dari gros-grain. Permintaan Fiamma untuk mengganti material pita menjadi bahan kulit yang sama dengan kulit yang digunakan untuk membaut sepatu tidak tersampaikan dengan baik kepada pengrajin sepatu hingga sepatu Vara tetap dibuat menggunakan pita yang terbuat dari gros-grain. Namun ternyata pasar menyambut baik sepatu Vara dengan pita gros-grain, menjadikannya salah satu sepatu terlaris dan ikonis dari Ferragamo, sekaligus melahirkan sepatu Varina, yang hampir serupa dengan sepatu Vara dengan versi hak datar.
“Proses terpenting dalam pembuatan sepatu adalah saat menggabungkan komponen-komponennya menjadi satu. Sementara elemen terpenting dari sepasang sepatu adalah kenyamanannya. Oleh karena itu Ferragamo terus mempertahankan kualitas craftsmanship yang digunakan,” tutup Jeanne. (TIN) Foto: Rizhki Rezahdy, Dok. Salvatore Ferragamo.
Bangga akan nilai autentik yang masih dimilikinya, Ferragamo akhirnya mendatangkan salah satu pengrajinnya dari Italia untuk melakukan demo pembuatan langsung sepatu-sepatu klasiknya. Ialah Floriano Pratelli, seorang master craftsman berumur 70 tahun yang telah mendedikasikan dirinya selama 50 tahun di bidang pembuatan sepatu, di mana 26 tahun terakhir di bawah label Ferragamo. Selama 4 hari, Floriano memperlihatkan langsung rahasia di balik pembuatan sepatu-sepatu ini kepada pengunjung butik Ferragamo di Senayan City dan Plaza Indonesia, Jakarta.
“Membuat sepatu di Italia tergolong sebagai seni khas Italia, sama halnya seperti membuat batik di Indonesia. Sebanyak 184 langkah diperlukan untuk membuat sepasang sepatu klasik Ferragamo selama 3 hari kerja dengan tambahan waktu 1,5 hari untuk mendiamkan sepatu di dalam cetakan agar terbentuk dengan sempurna. Kami juga menggunakan French Calf, kulit terbaik sebagai material utama, yang berasal dari Eropa,” jelas Assistant Brand Manager, Jeanne Stephanie.
Di balik kesuksesan label Ferragamo, terdapat juga sebuah cerita tentang asal usul sepatu Vara yang tak terlupakan. Fiamma, putri sulung Ferragamo, menginginkan sepasang sepatu yang kasual namun elegan dan hadirlah Vara, sepasang sepatu dengan hak rendah, round toe, dan pita yang terbuat dari gros-grain. Permintaan Fiamma untuk mengganti material pita menjadi bahan kulit yang sama dengan kulit yang digunakan untuk membaut sepatu tidak tersampaikan dengan baik kepada pengrajin sepatu hingga sepatu Vara tetap dibuat menggunakan pita yang terbuat dari gros-grain. Namun ternyata pasar menyambut baik sepatu Vara dengan pita gros-grain, menjadikannya salah satu sepatu terlaris dan ikonis dari Ferragamo, sekaligus melahirkan sepatu Varina, yang hampir serupa dengan sepatu Vara dengan versi hak datar.
“Proses terpenting dalam pembuatan sepatu adalah saat menggabungkan komponen-komponennya menjadi satu. Sementara elemen terpenting dari sepasang sepatu adalah kenyamanannya. Oleh karena itu Ferragamo terus mempertahankan kualitas craftsmanship yang digunakan,” tutup Jeanne. (TIN) Foto: Rizhki Rezahdy, Dok. Salvatore Ferragamo.