Asmara Abigail Dan Kisahnya Berada di Zona Merah Pandemi
Secara eksklusif kepada Dewi, Asmara Abigail menuliskan keresahannya dari titik yang terdampak paling parah dari virus korona saat ini. Tulisan ini dikirimkan langsung oleh Asmara pada 18 Maret 2020 dari Milan.
15 Apr 2020





Pertama kali dalam hidup saya merasakan situasi kritis dalam lingkup geografis Eropa, di mana pemerintah Italia dengan seluruh kekuatan yang dimiliki berusaha melindungi warga negaranya karena mereka tahu betul bahwa warga negara adalah aset negara yang harus dilindungi. Berbagi pro dan kontra tentang perekonomian yang hancur lebur karena banyak bisnis--kecuali toko kebutuhan primer—harus tutup lantaran penyebaran virus korona yang amat dahsyat. Meskipun akhirnya kami memang harus menerima kenyataan kalau ini merupakan solusi terbaik.

Globalisasi yang berputar begitu cepat akhirnya harus istirahat dan manusia pun akhirnya harus napak tilas. Sebagai warga negara dunia kita harus sadar bahwa kita adalah bagian dari globalisasi ini, bahwa setiap manusia di planet bumi ini semuanya terhubung, bahwa modernisasi dan globalisasi mendorong batasan-batasan garis territorial menjadi fatamorgana. Tapi apakah mental kita siap untuk menjadi warga negara dunia? Apakah sikap kita yang masih mengkotak-kotakan warna kulit dari putih, hitam dan kuning berjalan lurus dengan globalisasi yang kita idam-idamkan?

COVID-19 yang sudah dideklarasikan sebagai pandemi global oleh WHO bisa dibilang dirasakan oleh hampir seluruh warga negara dunia. Dan setiap manusia di bumi ini harus bersatu demi keselamatan satu sama lain. Apakah manusia memang kurang bersyukur sampai kita harus mengalami bencana luar biasa ini untuk kita belajar bahwa keseimbangan kehidupan kita dengan alam harus dijaga? Bahwa kita adalah bagian dari ekosistem, bahwa jika ekosistem rusak kita pun terjerat di dalamnya. Tidakkah manusia lupa beberapa bulan yang lalu bumi ini mengalami kebakaran hutan luar biasa dari Amazon, Kalimantan sampai Australia. Paru-paru bumi ini terbakar dan sekarang paru-paru kita terancam virus korona.

 


Kasus virus korona ini adalah salah satu dari berbagai kasus yang akan datang di masa depan jika manusia tidak merubah cara hidup mereka, jika mereka tidak menyeimbangkan kecepatan globalisasi dengan keseimbangan ekosistem. Seharusnya kita bersyukur akan musibah ini, kita bisa belajar dan seharusnya kita mengerti bahwa jalan  terbaik menuju kemenangan adalah berbagi kemenangan untuk tiap negara. Bahwa kita harus bekerja sama, saling mendukung dan tidak serakah.

Terulang-ulang di kepala saya lagu opera Luciano Pavarotti yang berjudul Nessun Dorma (No One Sleep) dengan refrain yang terus terngiang Vincerò! Vincerò! (I will Win). Well, in this case it we can call it We will win! We will win this war! Perang dunia di era modern ini bukan lagi untuk menunjukan siapa yang paling kuat dan punya kuasa di jagat raya ini. Tetapi untuk menang bersama sebagai umat manusia yang bersatu melawan kesalahan mereka sendiri dan mencoba menjadi umat manusia yang lebih baik untuk semesta. (Asmara Abigail) Foto: Dok. Pribadi

 

Author

DEWI INDONESIA