Energi Perubahan Melati Wijsen
Dalam kampanye global Levi's Buy Better Wear Longer, Melati Wijsen bersama dengan lima tokoh muda pembuat perubahan dunia lainnya menyuarakan isu 'over consumption' dan bagaimana kita bijaksana dalam mengonsumsi produk mode.
21 May 2021


1 / 6

Delapan tahun lalu, Melati Wijsen dan adiknya, Isabel Wijsen mendirikan Bye Bye Plastic Bag. Ketika itu, Melati masih berusia 12 tahun. “Saat berusia 12 tahun, semua kemungkinan dan kesempatan itu rasanya tidak berbatas. Perubahan yang waktu itu ingin saya lakukan adalah menghentikan penggunaan plastik sekali pakai di masyarakat,” ujar Melati dalam sambungan video telekonferensi kepada Dewi akhir April lalu.

Ada terlalu banyak momen yang membuat Melati berpikir apa yang dia bisa lakukan untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai. “Kita sering lupa, kalau Anda menggunakan botol plastik sekali pakai, sedotan, atau kantong kresek, sampahnya pasti akan berakhir di suatu tempat. Kita hanya menggunakannya selama rata-rata 30 menit, lalu dari sana ke mana plastik tadi akan berakhir?” kata Melati. Kepada Dewi, Melati menceritakan awal mula perjuangannya lewat Bye Bye Plastic Bag, yang kini sudah hadir di lebih dari 60 lokasi di 30 negara. Pada Juni 2019, Bali juga menjadi provinsi pertama yang melarang penggunaan plastik sekali pakai sebelum akhirnya diikuti oleh beberapa provinsi lainnya. Melati juga melanjutkan pergerakannya lewat Youthopia yang membuatnya terhubung dengan generasi muda pembuat perubahan di berbagai belahan dunia dan baru-baru ini juga terlibat dalam mendorong konsumsi yang lebih baik terhadap mode berkelanjutan lewat kampanye global Levi's Buy Better Wear Longer.

Kampanye ini, secara pribadi juga beresonansi dengan Melati dalam kesehariannya. Dia tidak segan untuk berbelanja secara thrifting, atau bahkan mengintip lemari ibunya untuk menemukan pakaian-pakaian yang menarik untuk ia kenakan. Mengenakan sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi membuatnya merasa spesial. Ini juga sesuai dengan semangat kampanye Buy Better Wear Longer yang diusung oleh Levi's. Secara konsisten, Levi's sudah mulai membicarakan mode yang berkelanjutan sejak 10 tahun terakhir. Apalagi produk dari Levi's dirancang untuk dikenakan dalam jangka waktu yang panjang melintasi generasi. Levi's juga melakukan berbagai cara untuk lebih ramah lingkungan. Diantaranya dengan pendekatan teknologi yang matang mulai dari penggunaan Cottonized Hemp, Organic Cotton, atau mengurangi penggunaan air hingga 96% lewat proses manufaktur Water-Less agar produk yang dikenakan nyaman dan juga baik bagi bumi. Wawancara ini dilakukan dalam Bahasa Inggris dan kemudian kami terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Berikut wawancara lengkapnya:

Apa pemicu kamu memulai Bye Bye Plastic Bag sebagai sebuah pergerakan waktu itu? Adakah satu kejadian khusus yang memicu ini semua? Apa yang paling menantang saat kamu memulai BBPB?

“Begitu banyak momen di mana kami melihat plastik ada di mana-mana yang membuat kami berpikir: What are we going to do about it? Kita sering lupa, kalau Anda menggunakan botol plastik sekali pakai, sedotan, atau kantong kresek, sampahnya pasti akan berakhir di suatu tempat. Kita hanya menggunakannya selama rata-rata 30 menit, lalu dari sana ke mana plastik tadi akan berakhir? We feel very disconnected from our actions and consequences. Waktu itu (saat memulai BBPB) saya memang belum punya rencana. Tapi saya tahu saya punya visi yang besar. Saat itu yang saya pikirkan adalah, bagaimana caranya untuk membuat perubahan ini terjadi? Saya juga belajar membangun tim, lalu kemudian bagaimana mengakses modal dan sumber daya untuk memastikan gerakan ini tetap berjalan dalam jangka panjang.”

Banyak orang yang tidak sadar kalau plastik sekali pakai yang mereka gunakan akan berakhir di lautan. Kenapa menjadi sangat penting bagi banyak orang untuk mengubah pola pikir mereka soal konsumsi dan penggunaan sumber daya?

“Penting bagi semua orang untuk mengubah mindset. Saat mulai menggunakan plastik sekali pakai, mereka harus menyadari kalau plastik ini pasti akan berakhir di lingkungan terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah dengan sistem manajemen sampah yang buruk.”

Ceritakan kepada kami soal Youthopia. Apa visi kamu untuk Youthopia dalam lima tahun ke depan?

“Youthopia adalah kreasi yang muncul setelah delapan tahun lamanya saya berada di garis depan Bye Bye Plastic Bag. ‘What can I do, and what you do?’ adalah pertanyaan besar yang selalu kami tanyakan. Dari sanalah Youthopia berasal dan menjadi platform belajar berbasis komunitas. Kami bekerja sama dengan banyak pembuat perubahan di usia muda, di berbagai belahan dunia. Ini baru permulaan untuk apa yang kami sebut Circle of Youth. Mereka yang bergabung dengan Youthopia masing-masing menciptakan gerakan dan juga programnya sendiri secara nyata. Jadi, untuk anak muda yang bertanya: Bagaimana caranya untuk membuat perubahan? Youthopia adalah tempat di mana mereka bisa datang dan bertanya.”

Adakah aksi mudah yang bisa dilakukan semua orang untuk meminimalisasikan sampah mereka? Atau, adakah kebiasaan mudah yang bisa dilakukan semua orang untuk bisa membuat perubahan?

“Cari tahu perusahaan atau brand mana yang sudah melakukan hal baik bagi lingkungan, dan mana yang bisa berbuat lebih baik lagi. Pengetahuan ini, bisa membantu setiap orang untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan dalam konsumsi, atau bahkan membantu terciptanya perubahan. Bagi setiap orang di dunia itu bisa sangat berbeda. Seseorang bisa mulai dari mengatakan tidak untuk plastik sekali pakai, sedotan, atau botol plastik. Bagi yang lain, mereka mungkin lebih memilih untuk melakukan perubahan secara sistemik lewat jalur kebijakan tentang keseluruhan plastik. Itu semua tergantung masing-masing orang dan di mana dia berada, serta perubahan apa yang mereka ingin lihat.”

Sampah fashion sudah menjadi salah satu permasalahan besar dengan konsumsi yang berlebihan dalam kehidupan modern. Bagaimana kamu mengatasi hal ini dalam kehidupan pribadi kamu dan menurut kamu, apakah masyarakat bisa lebih bertanggungjawab dengan pilihan pakaian mereka?

“Bagi saya, untuk urusan sampah fashion, yang bisa kita lakukan adalah thrifting jika Anda bisa, kemudian secondhand shopping, atau mewariskan pakaian dari orang tua atau kerabat Anda. Atau kalau Anda ingin membeli pakaian baru, pastikan itu berasal dari bahan-bahan yang conscious atau dari perusahaan yang sudah bertanggung jawab secara lingkungan dan memproduksi produk mereka secara sirkuler, atau punya tanggung jawab dalam keberlanjutan lingkungan. Saya melihat Levi's punya komitmen terhadap masalah lingkungan."

Dalam kampanye ‘Buy Better Wear Longer’ dari Levi's kamu diperkenalkan bersama lima tokoh muda pembuat perubahan dari seluruh penjuru dunia. Bagaimana cara kamu terhubung dengan kampanye ini? Pesan apa dari kampanye Levi's ini yang penting untuk dimengerti oleh semua orang?

“Sebagai seorang pembuat perubahan muda, saya selalu membayangkan bagaimana jika kita bisa membuat satu saja perusahaan besar untuk membuat produk yang bisa tahan lebih lama dan mengajak orang untuk bisa membeli lebih sedikit dalam waktu lebih panjang. Itu sebabnya saya terkesan dengan kepemimpinan Levi’s yang mampu membawa pesan-pesan ini dalam satu kampanye. Saya berharap akan ada lebih banyak perusahaan yang bisa mengikuti jejak Levi's dalam isu sustainable fashion.” 

Menurut kamu, apa arti dari prinsip buying better?

“Buying better itu bukan hanya sekadar membayar di kasir lalu selesai. Buying better itu berarti bisa membeli lebih baik dan lebih lama memakainya. Buying better berarti Anda mengerti asal-usul produk yang dibeli serta mengerti bagaimana nanti produk itu akan berakhir setelah Anda beli. Prinsip ini bisa menggugah banyak orang untuk berpikir ulang sebelum membeli dan tidak menyumbang lebih banyak lagi sampah fashion yang kini menjadi limbah nomor dua paling besar di dunia. We need to understand what we buy, and not one interaction. Tetapi dari awal hingga akhir perjalanan sebuah produk itu.”

Kamu bisa dibilang anak muda yang cukup berpengaruh. Kamu bahkan masuk dalam daftar Time 100 dan juga diundang berbicara pada World Economic Forum di Davos. Apa rasanya berada di daftar itu dan juga berbicara pada panggung tersebut?

“Saya pikir, harus ada lebih banyak anak muda yang diundang dalam konferensi semacam ini. Saya dan rekan-rekan sesama aktivis muda ingin memastikan kalau dalam panggung-panggung itu akan ada lebih banyak lagi figur muda yang hadir dan berbicara menyuarakan pendapat mereka dalam jumlah besar.” 

Kalau kamu bisa menyampaikan satu pesan untuk pemerintah di seluruh dunia, apa yang akan kamu katakan?

“Hal pertama yang ingin saya katakan adalah, simpan bahan bakar fosil tetap di dalam tanah. Kita harus berinvestasi pada orang dan inovasi serta mengimplementasikan solusi. Kita tahu solusinya sudah ada, kita hanya perlu menciptakan sistem yang mampu memperkuat solusi-solusi ini dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, saya sangat percaya kalau perubahan itu terjadi di ruang-ruang kelas. Kalau kita tidak tahu permasalahannya, kita tidak akan tahu solusinya. Jadi, untuk semua pemerintahan di seluruh dunia, dibutuhkan perubahan drastis dalam sistem pendidikan dan memastikan semua anak muda belajar soal krisis iklim, krisis pengungsi, atau bahkan soal krisis pertanian ataupun keamanan pangan yang terjadi. Jadi, mereka yang lebih muda, bisa secara aktif mencari solusi dan mempercepat perubahannya.” 

Banyak orang yang masih belum menyadari krisis lingkungan yang terjadi belakangan ini. Narasi dari isu lingkungan ini bisa dibilang cukup kompleks. Menurut kamu, bagaimana sebaiknya isu ini dijelaskan?

“Tidak ada orang yang tidak tahu soal krisis iklim atau polusi plastik saat melihat media sosial. Masalahnya adalah banyak orang tidak merasa terhubung dengan permasalahan itu. Kita bisa saja melihat foto pantai penuh sampah di media sosial, lalu kita merasa sedih dan kemudian scroll saja di media sosial. Karena, kita tidak melihat permasalahan itu adalah bagian dari permasalahan kita juga. Yang terjadi saat ini adalah kita memiliki semua informasi ini, tapi tanpa perangkat untuk membuatnya bergerak dari permasalahan menuju solusi. Itu sebabnya kenapa mereka yang lebih muda merasa sangat frustrasi dan menjadi lebih aktif pada umur yang lebih muda lagi. Sudah saatnya semua orang tidak lagi bertindak seperti business as usual. Kita harus hadir dengan lebih banyak solusi. Itu sebabnya menurut saya narasi yang harus dibangun di seluruh dunia kalau kita punya solusi, dan menunjukkan bahwa semua orang punya peranan.”

Pergerakan anak muda dan aktivisme kini tengah memuncak di seluruh dunia. Menurut kamu, apa sifat yang sama di antara mereka semua? Apa yang menghubungkan mereka?

“Kami memiliki determinasi yang luar biasa untuk mendorong perubahan. Kami tidak melakukan ini atas dasar ego, ketamakan, uang, atau titel politik. Kami ingin melihat perubahan terjadi dan kami serius soal itu. Mencari solusi, adalah salah satu fokus yang terus-terusan menjadi orientasi kami. Kami tidak hanya melihat ekonomi secara linear, tapi justru melihatnya secara sirkuler. Saya pikir itu kekuatan dari generasi kami, untuk bisa memutarbalikkan tantangan menjadi sesuatu yang indah. Karena, kami tahu kami tidak punya banyak waktu (dalam menghadapi isu perubahan iklim).”

Bagaimana kamu melihat peranan anak muda dalam melindungi dan membuat perbaikan dalam lingkungan?

“Saya percaya kalau mereka yang masih muda yang akan mempercepat perubahan.Kami punya ide besar, inovasi besar, visi besar, dan terkadang kami juga berperan sebagai entrepreneur. Tapi peran utama kami untuk justru untuk mendorong dan memimpin dengan contoh kalau kami bisa mempercepat perubahan yang dibutuhkan.”

Ceritakan kepada kami rutinitas harian kamu. Apa saja yang biasanya kamu lakukan setiap hari?

“Setelah bangun tidur, setiap pagi saya menyempatkan diri untuk melakukan rutinitas mindfulness saya. Saya selalu berusaha untuk berjalan-jalan di luar rumah. Entah ke pantai atau ke sawah. Berada di alam membuat saya merasa terhubung dan mengingat kembali alasan utama saya melakukan semua ini. Setelah itu, saya biasanya akan mengecek media sosial atau email saya. Maksud saya, banyak sekali email. Lalu memulai beberapa meeting ataupun perencanaan. Setiap hari tidak pernah sama persis. It’s never a dull moment.”

Apa nasihat terbaik yang kamu dapatkan saat memulai pergerakan kamu? Lalu nasihat apa yang akan kamu berikan kepada mereka yang baru saja memulai?

“Jadilah diri sendiri. Ini adalah pelajaran terbaik yang saya dapatkan dan saya bagikan kepada orang lain juga. Banyak orang yang mengira bahwa untuk didengarkan seseorang harus berdandan dengan gaya tertentu, atau mengucapkan hal-hal besar atau bahkan berupaya memenuhi standar-standar baku tertentu yang diterapkan masyarakat. The best way you can be is to be yourself. Itu yang membuat saya bisa ada di sini selama delapan tahun setelah saya memulai dengan determinasi dan semangat yang masih sama dengan jati diri saya. Saran saya untuk mereka yang mau memulai pun sama. Temukan apa yang kamu sukai dan kemudian kuasai. Kalau kamu bisa menemukan satu hal itu, kejarlah.”

Dengan semua rutinitas kamu selama ini, apakah kamu pernah merasa lelah?

“Ada banyak ekspektasi. Ada banyak to-do list yang melelahkan. Saya merasa lelah pada beberapa tahap, tapi yang terpenting adalah mengelilingi diri Anda dengan orang-orang yang punya visi yang sama dan akan menolong untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.” (SUBKHAN J. HAKIM, HANISA MURTI) 

Foto: Weda Sattya | Busana: Levi’s | Rias Wajah: Ksenia Bogdanova | Lokasi: Youthopia’s HQ | Properti: @tanaman.terracotta

Simak Detail Tampilan pada Melati:

Look 1

Blus berkerah tinggi berdetail kancing di bagian depan menggunakan bahan BCI (Better Cotton Initiative) dipadukan dengan celana kargo dari koleksi Performance Cool bermaterial Cottonized Hemp. 

Look 2

Kemeja denim dengan detail kantong di bagian depan dipadukan dengan celana pendek berelemen sustainable dari Levi's.

Look 3

Model lengan bervolume menjadi aksen sempurna dari terusan bersusun yang dipadukan dengan jaket denim putih yang sama-sama dibuat dari bahan BCI.

Look 4

Atasan bermodel wrap dengan potongan lengan balon berkaret tampil manis bersama celana pendek bermaterial BCI dari koleksi Levi’s. 

Look 5

Melati memakai ulang celana kargo putih namun kali ini diaplikasikan bersama dengan jaket denim dari katun organik dan T-shirt putih kasual.

Look 6

Kemeja denim bermaterial BCI (merupakan bahan katun yang ditanam dengan sedikit air dan pestisida) dijadikan sebagai luaran, dipadukan dengan celana kargo berwarna khaki yang diproses menggunakan air dengan jumlah sangat minimum.  

 


Topic

Profile

Author

DEWI INDONESIA