6 Film Teguh Karya Terbaik Pilihan Dewi
Dewi pilihkan 6 film teguh karya yang wajib Anda saksikan.
14 Jan 2016


Cinta Pertama (1973)
1 / 5
Wadjah Seorang Laki-laki (1971)
Film pertama yang dibikin oleh Teguh Karya. Para pemainnya berasal dari sanggar Teater Populer yaitu Slamet Rahardjo, Tuti Indra Malaon, N. Riantiarno, dan Laila Sari. Kisahnya mengambil setting Batavia abad ke-19. Amallo (Slamet Rahardjo), seorang keturunan Portugis, berontak terhadap ayahnya (WD Mochtar) yang tak bertanggung jawab dan menyia-nyiakan ibunya hingga meninggal. Di luar sikap kerasnya, Amallo kerap beruntung karena selalu berhubungan dengan perempuan cantik. Salah satunya menjalin hubungan dengan penari (Tuti Indra Malaon). Cerita dramatis dibumbui pengkhianatan oleh temannya sendiri yaitu Runtu (N. Riantiarno).
 
Cinta Pertama (1973)
Film drama musikal yang memenangkan Piala Citra pada FFI 1974 sebagai Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Pemeran Utama Wanita Terbaik. Bastian (Slamet Rahardjo) bekerja di kantor ayahnya Ade (Christine Hakim). Cinta tumbuh di antara Bastian dan Ade. Konflik muncul ketika Ade dijodohkan dengan Johny, anak teman sang ayah, yang lantas ditolak Ade. Ade melarikan diri pada saat hari pernikahannya dengan Johny dan lantas menikah dengan Bastian. Selain Slamet Rahardjo dan Christine Hakim, film ini diperankan juga oleh Robby Sugara, Nani Widjaja, Hengky Solaiman, dan Ully Artha.
 
Badai Pasti Berlalu (1977)
Drama musikal Indonesia yang diangkat dari novel berjudul sama karya Marga T. Mengisahkan Siska (Christine Hakim) yang patah hati karena calon suaminya membatalkan pernikahan dan menikah dengan perempuan lain. Film yang disutradarai Teguh Karya ini memenangkan Piala Citra tahun 1978 untuk kategori editing, fotografi, penata suara dan
musik. Film ini dibuat versi daur ulangnya pada tahun 2007 dan disutradarai Teddy Soeriaatmadja dengan Raihaanun dan Vino Bastian sebagai pemeran utamanya.
 
November 1828 (1978)
Film Teguh Karya yang dimainkan oleh Slamet Rahardjo, Rachmat Hidayat, dan Yenny Rachman. Tentang kelompok penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Loyalitas dan pengkhianatan menjadi tema utama film ini. November 1828 memenangkan Piala Citra di FFI 1979 untuk kategori sutradara (Teguh Karya), fotografi (Tantra Surjadi), musik (Franki Raden, Sardono W Kusumo, Slamet Rahardjo), artistik (Benny Benhardi), dan pemeran pembantu pria (El Manik).
 
Doea Tanda Mata (1984)
Film drama dengan latar tahun 1930-an yang mengisahkan Indonesia ketika masih bernama Hindia Belanda. Karena pembunuhan rekannya, Alex Komang merencanakan pembunuhan politik terhadap komisioner Belanda yang terlibat
membunuh rekannya. Namun ketika dia jatuh cinta dengan Jenny Rachman, saudara dari teman yang terbunuh, Alex Komang ‘memakai’ Jenny sebagai alat untuk balas dendam.
 
Pacar Ketinggalan Kereta (1988)
Salah satu film Teguh Karya yang memenangkan Piala Citra hamper di semua kategori utama. Film terbaik, aktor terbaik (Rachmat Hidayat), aktris terbaik (Tuti Indra Malaon), aktris pendukung terbaik (Niniek L. Karim), dan sutradara terbaik (Teguh Karya). Skenarionya diadaptasi oleh Arswendo Atmowiloto dari novel berjudul ‘Kawinnya Juminten’. Dimulai dengan kisah ulang tahun perkawinan Ibu dan Pak Padmo (Tuti Indra Malaon dan Rachmat Hidayat). Bu Padmo cemburu pada sekretaris Pak Padmo (Niniek L. Karim). Kisah ini juga menceritakan Heru (Onky Alexander) yang berpacaran dengan Ipah (Nurul Arifin), sedangkan supirnya Martubi (Alex Komang) berhubungan dengan Juminten (Nani Vidia).
 
 

 

Author

DEWI INDONESIA