Perayaan Global Penuh Persatuan
Melebur bersama dalam yoga, tarian, dan musik, untuk menyembuhkan jiwa dan raga, serta meluruhkan perbedaan di Bali Spirit Festival 2019.
18 Apr 2019


Tarian hulahup, salah satu kelas yang menarik
4 / 4
Berawal di tahun 2008, I Made Gunarta, Meghan Pappenheim, dan Robert Weber berhasil menyelenggarakan sebuah festival yang menyatukan dunia yoga, tarian, dan musik dalam waktu tiga bulan saja di saat Bali masih dilanda krisis sosial ekonomi pasca insiden bom tahun 2002 dan 2005. Kini lebih dari 10 tahun kemudian, Bali Spirit Festival telah berkembang menjadi salah satu destinasi holistik terbesar dan paling dikenal secara global, yang pada tahun 2018 lalu menarik lebih dari 5000 peserta dari sekitar 60 negara ke Ubud, tempat festival diadakan.

Tahun ini, tema Restore the Balance diangkat, dimana para peserta dapat bekerja luar dalam bagi penyembuhan dan transformasi diri juga alam. Diadakan selama 6 hari 7 malam pada tanggal 23-31 Maret 2019 di Yayasan Bali Purnati, lebih dari 300 kelas yoga, meditasi, latihan pernapasan, seminar, martial art, tarian, dan musik dari beragam aliran dan gaya digelar. Beberapa nama besar yang kembali berpartisipasi tahun ini di antaranya Tymi Howard dan Ronan Tang, bersanding dengan guru-guru muda seperti Simon Park dan Hugo Mega. Kelas dan workshop diadakan dari pagi hingga sore, sementara suasana di malam hari menjadi lebih meriah dan semarak lewat pertunjukan dan alunan musik dari musisi dan DJ internasional.

Setelah festival berakhir, ‘perayaan’ berlanjut lewat program inisiatif Karma (Giving Back), dengan konsentrasi kepada program pendidikan dan kesejahteraan anak-anak, edukasi multikulutral dan seni, klinik kesehatan, kesadaran HIV dan AIDS, serta perlindungan dan alam. Saat ini ada dua program tahunan yang dikelola oleh Bali Spirit Festival. Ayo! Kita Bicara HIV& AIDS mendorong edukasi dan kesadaran mengenai penyakit AIDS dan HIV kepada masyarakat Bali. Sementara Bali ReGreen fokus pada penanaman kembali hutan di Timur Bali yang kering dan tandus, sebagai salah satu upaya meningkatkan kehidupan penduduknya yang miskin.

Menginjakkan kaki di area Bali Spirit Festival seperti memasuki dunia lain, dunia yang begitu global namun harmonis. Para peserta yang hadir, meski datang dari negara dan budaya yang berbeda-beda, seolah melebur menjadi satu, saling berbicara dan bertukar pikiran meski belum kenal sebelumnya. Keberagaman menjadi salah satu nilai utama dari Bali Spirit Festival, dimana perbedaan justru menjadi hal yang menyatukan, bukannya memisahkan atau mengkotak-kotakan. Spirit komunitas global penuh kebersamaan ini menjadi angin segar dan juga pesan yang penting diusung di tengah maraknya radikalisme dan rasialisme yang semakin marak terjadi di seluruh dunia akhir-akhir ini—bahwa kita semua adalah sama: manusia yang kecil di hadapan Semesta. (Margaretha Untoro) Foto: Wari Om/Dok. Bali Spirit Festival
 

 

Author

DEWI INDONESIA