Seni & Budaya Untuk Dunia Yang Lebih Menghargai Keberagaman
Ada semacam apresiasi ketika manusia dihadapkan pada ekspresi seni dan kebudayaan. Jika manusia tidak lagi dekat dengan seni dan budaya, maka naluri untuk menghargai keberagaman menjadi tumpul.
18 Apr 2020




Sebagian dari kita akan tergerak hatinya melihat lukisan karya Van Gogh, sementara sebagian lainnya senang dengan gaya realis Rembrandt. Atau ada yang lebih suka gaya lukis Raden Saleh dibandingkan dengan Affandi. Manapun gaya lukisan yang anda pilih, saya yakin anda tidak akan menilai gaya yang tidak anda sukai sebagai sesuatu yang salah. Jika anda suka dengan gaya Affandi, tentu anda tidak akan mengatakan bahwa cara melukis Raden Saleh itu salah. Kita tetap bisa menghargai sebuah karya seni walaupun tidak mengerti artinya. Secara naluri ada semacam toleransi yang muncul ketika kita melihat sebuah karya seni, naluri untuk mengakui bahwa ekspresi seni itu sangat beragam jenisnya

Begitu pula sikap kita dengan kebudayaan. Walaupun seringkali kita tidak memahami ekspresi kebudayaan lain yang berbeda dengan kebudayaan kita, namun kita kerap mengatakan ke diri sendiri bahwa setiap orang punya ragam budayanya masing-masing yang tumbuh secara turun-menurun sehingga perlu dihargai. Ada semacam apresiasi walaupun tidak sepenuhnya memahami.

Jika manusia tidak lagi dekat dengan seni dan budaya, maka naluri untuk menghargai keberagaman menjadi tumpul. Ia tidak lagi diasah untuk menghargai ekspresi yang berbeda. Tanpa seni dan budaya, yang menguasai kehidupan publik adalah politik. Politik yang bisa menggunakan apa saja untuk mencapai kepentingannya, termasuk menggunakan agama. Selama beberapa dekade, Indonesia lupa memprioritaskan pembangunan seni dan budaya, sehingga generasi muda sudah amat berjarak dari budaya para pendahulunya. Studi tahun 2017 menunjukkan bahwa total anggaran negara untuk kegiatan seni dan budaya hanya sebesar dua trilyun rupiah, itu sudah termasuk untuk melestarikan obyek-obyek bersejarah masa lampau. Sehingga anggaran untuk mengembangkan kesenian-kesenian baru menjadi sangat sedikit

Bagi anak muda, kesenian dapat menjadi wadah ekspresi yang konstruktif. Dapat menjadi semacam pengakuan akan bakatnya, pengakuan dari peer group-nya. Seni juga terbukti secara klinis dapat membantu mereka yang mempunyai permasalahan psikologis dan menjadi salah satu metode untuk penyembuhan.

Di masyarakat Indonesia, banyak komunitas terbantu dengan praktek kesenian. Kesenian menjadi juru damai di Palu dan Ambon. Sebuah kelompok musik di Palu berhasil mendamaikan desa-desa yang terlibat tawuran dengan mendirikan sanggar musik di tiap desa dan mengajak anak muda pegiat sanggar-sanggar tersebut untuk manggung bareng, sehingga perdamaian dapat tercipta. Di sejumlah institusi pendamping anak, kesenian seperti musik dan teater menjadi kurikulum untuk mendidik anak jalanan, sehingga mereka belajar kohesi sosial dengan sesamanya melalui kerja harmoni melalui latihan dan pertunjukkan musik.

Ada begitu banyak aplikasi dari seni yang sangat bermanfaat untuk masyarakat, sehingga itu semua seharusnya bisa menjadi argumen yang menguatkan kenapa sektor seni dan budaya memang harus mendapat perhatian yang memadai dari kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya, termasuk di satuan-satuan pendidikan.

Inilah saatnya kita kembali ke kebijaksanaan nenek moyang kita dulu, yaitu menempatkan seni dan budaya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan keseharian kita. Dunia akan menjadi lebih nyaman ditinggali kalau anda dan saya punya kesempatan menunjukkan warna asli kita, ekspresi kita masing-masing. (Aquino Hayunta) Foto: Pexels


 

 

Author

DEWI INDONESIA