Empat Perempuan Sineas Indonesia Bicara tentang Masa Depan Film Kita
Harapan mereka terbangun dari apresiasi penonton, peluang pasar dan keyakinan diri.
4 Jun 2013


Empat perempuan sineas terkemuka bertemu di Kunstkring, Jakarta, pada 17 Mei 2013 lalu, dan berdiskusi  dengan dewi tentang film-film Indonesia kontemporer. Mereka adalah Nia Dinata, Lala Timothy, Lola Amaria dan Mouly Surya.

Apa pendapat mereka tentang masa depan di dunia film?

Nia    : Bagaimanapun masih ada balance antara orang yang punya passion dan yang for money only.

Lola    : Ada sensor atau ada kendala apa pun di depan, tetap akan jalan terus. Seperti air yang dibendung akan tetap mengalir, selama masih ada support dari orang-orang yang peduli.

Lala    : Kalau berdasarkan pengalaman pribadi, film pertama itu dropped sekali, Pintu Terlarang itu. Tapi di Modus Anomali, modal kembali, bisa sampai dijual ke Amerika, Kanada, Turki, Prancis dan Jerman. Artinya, masih ada jalan untuk berproduksi dan berkreasi.

Mouly    : Tidak pernah tahu percis bagaimana nasib sebuah film, setelah dibuat. Tapi saya menghargai orang-orang yang mengapresiasinya, meski tak banyak. Selama itu ada,  artinya  harapan selalu ada. (LC) Foto: Dok. Dewi

*) Perbincangan lebih dalam dan bernas dengan mereka dapat disimak di Majalah Dewi edisi Juli.

 

Author

DEWI INDONESIA