Negeri Tanpa Telinga, Film Terbaru Lola Amaria
Diluncurkan di tengah suhu hangat politik pasca Pemilihan Presiden 2014.
14 Aug 2014


1 / 2
Mulai ditayangkan di biskop pada hari ini (14/8) Negeri Tanpa Telinga bercerita tentang dunia politik yang penuh ambisi dan kepentingan hingga menghalalkan segala cara untuk mencapai kekuasaan. Film arahan Lola Amaria yang dibintangi antara lain oleh Ray Sahetapy, Rifnu Wikana, Kelly Tandiono, Jenny Zhang, Lukman Sardi, Tanta Ginting, Gary Iskak, Eko Supriyanto, Landung Simatupang, Rukman Rosadi dan lain-lain ini memakai film sebagai sarana menyampaikan kritik dan keprihatinan pada praktik politik yang kian hari kian tak patut karena dipenuhi korupsi, dan suap.

Menurut Lola, rencana pembuatan film ini sudah ada sejak tiga tahun lalu ketika ia mulai menyadari betapa berita tentang korupsi dan berbagai skandal dalam politik kian merebak di berbagai media. “Saya prihatin pada keadaan itu. Kenapa saya mengambil Politik, Kekuasaan dan Seks sebagai tagline Negeri Tanpa Telinga ya karena melihat berbagai pemberitaan tersebut.Ketika sudah terjun ke dunia politik dan mendapat kekuasaan, para politisi itu kerap tak kuat menghadapi ujian. Mungkin karena itu adala slogan tahta, harta, wanita. Tiga hal itu sesungguhnya ujian buat para politisi ketika ia punya kuasa,” kata Lola.

Sineas yang sudah melansir tiga film ini kemudian menukil berbagai kasus korupsi yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir dan meramunya jadi cerita untuk film ketiganya ini. Itu sebabnya, dalam peluncuran Negeri Tanpa Telinga di Epicentrum XXI Jakarta pada Senin (11/8) lalu yang dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi  (KPK) Bambang Widjojanto, serta Direktur Transparency Indonesia Dadang Trisasongko, banyak penonton yang hadir bisa dengan cepat menghubungkan sebuah adegan dalam film tersebut dengan kasus korupsi tertentu yang ramai dibincangkan berbagai media. Lola tak menyangkal hal itu meski menurutnya film tersebut ia buat terutama untuk mereka yang awam dan tak mengikuti perkembangan berbagai kasus korupsi tersebut.

Meski tak dimaksudkan untuk menyindir pihak mana pun, Lola mengaku senang bila ada yang merasa tersindir oleh filmnya.  “Bila dibandingkan dengan sistem sangat besar yang kami kritisi lewat film ini, tentu saja kami tak ada apa-apanya. Situasi yang ingin kami ubah terlalu berat. Kami hanya titik kecil dari sebuah keinginan tulus yang menginginkan perbaikan dan kebaikan terjadi di negeri ini. Tapi hanya lewat bahasa visual seperti ini, kami orang film bisa bicara. Maka kami coba untuk bicara lewat apa yang kami bisa,” kata Lola penuh semangat.

Ia berharap dengan menonton film ini masyarakat makin paham bahwa ada persoalan krusial yang harus diselesaikan dan tak boleh dibiarkan terus memburuk. “Karena akhirnya diluncurkan pasca pemilihan presiden, boleh saja dianggap film ini sekaligus sebagai pernyataan aspirasi pada pemerintahan baru agar bisa lebih keras memberantas korupsi dan berhati-hati pada koalisi yang dilakukan. Sebab terbukti, koalisi yang dilakukan oleh dua partai besar pada periode pemerintahan lalu menghasilkan korupsi dan berbagai skandal memalukan yang dilakukan oleh para kader kedua partai,” kata Lola. Di ujung perbincangan ia juga menitip pesan, “Ajak pembaca Dewi menotnton film ini ya.” Nah, kalau Anda penasaran, mulai hari ini Anda sudah bisa menonton filmnya di bioskop langganan. (ISA), Foto: Dok. Lola Amaria Production

 

Author

DEWI INDONESIA