Provokasi vs Solusi Ridwan Kamil
Provokasi tak melulu membuahkan kerusuhan. Di tangan Ridwan Kamil, provokasi justru berbuah solusi untuk permasalahan kota.
24 May 2012


Sesekali melontarkan curahan hati di media sosial ternyata ada baiknya. Setidaknya itu yang terjadi pada arsitek Ridwan Kamil. Rasa gundah yang ia rasakan karena kehijauan kota yang semakin langka ternyata juga mengganggu banyak pihak ketika ia ‘kicaukan’ lewat Twitter. Ide membuat kebun kota serta merta disambut antusias oleh para pekicau yang punya kepedulian sama.

Kabar tentang dibuatnya Gerakan Indonesia Berkebun (@IDBerkebun) bergulir cepat. Dimulai di Jakarta, ‘virus’ berkebun menyebar secara sporadis di berbagai kota. “Indonesia Berkebun membuat saya makin percaya bahwa solusi dari permasalahan yang terjadi di sebuah kota sesungguhnya ada di kota itu sendiri. Lingkungan dan masyarakat yang memegang kuncinya,” kata Ridwan Kamil di sela perjalanan menuju lokasi syuting Solusi Kamil, sebuah tayangan di Kompas TV yang dipandunya.

Belakangan ini, kesibukan ketua Bandung Creative City Foundation ini memang bertambah. Ia memandu dua acara di radio dan televisi yang sama-sama membahas permasalahan kota. “Di radio Ardan, saya memandu bincang-bincang yang menyasar pendengar muda. Nama acaranya Bandung Banget. Lewat tagline Your City, Your Responsibility, kami ingin mengajak anak muda berbuat sesuatu untuk memperbaiki kotanya,” Ridwan Kamil menjelaskan. Sementara dalam Solusi Kamil, Emil, sapaan akrabnya, terjun langsung ke relung-relung terjauh kota Bandung untuk menggali permasalan yang dihadapi warga kota dan bersama-sama mereka berupaya mencari solusinya.

Banyak dari kita mungkin masih ingat ketika Bandung didera masalah sangat serius ketika Bandung menjelma lautan sampah karena jalan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sari Mukti diblokir warga yang marah karena truk-truk sampah merusak jalanan di daerah mereka. ”Tapi persoalan itu bisa diatasi dengan mengadaptasi metode Zero Waste yang dikembangkan ITB hingga sukses mengelola sampah mereka,” katanya. Sampah bukan satu-satunya contoh. Masalah banjir dan kualitas air yang rendah juga ditangani masyarakat dengan beramai-ramai membuat sumur resapan di daerah Kopo yang acap mengalami banjir. ”Jadi masalah kota itu bisa kok ditangani oleh masyarakat sendiri,” Emil menyambung. Sepanjang proses syuting yang telah mencapai 13 kali itu, Emil menangkap antusiasme warga yang luar biasa. ”Mereka seperti menemukan saluran untuk menyuarakan uneg-unegnya tentang lingkungan dan mereka dengan senang hati membantu melakukan sesuatu. Lewat Solusi Kamil, saya mencoba menggali, mengurai dan merajut kembali harapan yang masih bisa ditumbuhkan untuk mewujudkan kota yang manusiawi,” kata pria yang senang menjuluki dirinya sebagai agent provocateur ini. Katanya, ”Zaman baru, solsui harus baru juga.” (ISA), Foto: ISA

 

Author

DEWI INDONESIA