Sejarah dan Evolusi Dekontruksi Pada Busana
Kisah dekonstruksi dari masa Rei Kawakubo dan Yohji Yamamoto hingga koleksi musim semi 2015
21 Mar 2015


Rei Kawakubo & Yohji Yamamoto
1 / 4
Rei Kawakubo (1942) & Yohji Yamamoto (1943)
Dua desainer ini adalah bagian dari gelombang desainer Jepang yang membuat sensasi di ibukota mode Paris pada 1980-an. Kecantikan konvensional, erotisisme, dan daya tarik seksual yang membentuk idealisme perempuan di dunia barat ditolak mentah-mentah oleh provokasi para desainer Jepang ini. Dengan tampilan yang disebut gaya paska Hiroshima, estetika dekonstruksi dengan mood depresif menjadi revolusioner dan mendobrak status quo mode yang ada saat itu.

Ann Demeulemeester (1959) & Martin Margiela (1957)
Sebagai bagian dari Antwerp Six, kedua desainer dari Belgia ini merupakan gelombang berikut desainer impor yang menyentak otoritas mode Paris satu dekade berikutnya. Estetika dekonstruksi menolak aturan baku dan mendobrak segala konvensi. Aliran ini mempertanyakan norma estetika yang berlaku tentang proporsi tubuh dan kriteria keindahan.

Rick Owens (1962)
Gaya rancangan desainer Amerika ini yang begitu spesifik dan berbeda menjadi salah satu alasan yang membuatnya menonjol di antara yang lain. Ia seakan tak pernah puas hanya membuat karya yang mudah dicerna dan terus bereksperimen serta memprovokasi berbagai batasan norma dan konvensi.  

Spring-Summer 2015
Para desainer berikut dikenal dengan pendekatannya yang lebih serebral dalam mendesain. Thom Browne gemar bermain dengan proporsi, setelah sukses mendapatkan prestise dan respek dunia mode dengan menawarkan setelan dengan garis hem lebih pendek, tiap peragaannya yang konseptual juga selalu ditunggu-tunggu di tiap pekan mode. Chitose Abe dengan labelnya Sacai secara fasih menuangkan kriya khas Jepang secara lambat namun pasti memperoleh perhatian dengan ciri khas memadukan dua estetika yang bertentangan pada tiap rancangannya. Sedangkan karya Haider Ackermann dapat mudah dikenali dengan siluet asimetrisnya yang cair.  (DAN) Foto: Dok. AFP, Mondadori, Getty Images, TPG News, SIPA Press.







 

Author

DEWI INDONESIA