Desain Produk di Indonesia dari Sudut Pandang Alvin Tjitrowirjo
Alvin Tjitrowirjo berbicara mengenai desain produk dan karakter pasar di Indonesia.
24 Jul 2017



Berdiri sejak tahun 2006, Alvin T ialah salah satu lini furnitur dalam negeri yang rutin mengikuti pameran desain skala internasional. “Penting bagi kita untuk mengetahui arahan dunia. Terutama agar kita tidak terjebak dalam menciptakan sebuah produk yang ternyata sudah pernah diciptakan di negara lain,” tutur Alvin.
Dalam ekshibisi, Alvin menampilkan sejumlah produk terbaru seperti Bhuana Lounge Chair dan Beak and Bill Pendant. Bhuana Lounge Chair terinspirasi dari lekuk tanaman dan kontur bumi. Sementara Beak and Bill Pendant ialah wujud inspirasi burung garuda, ikon negara Indonesia.
Bagaimana perubahan karakter pasar di Indonesia jika dilihat dari awal AlvinT berdiri sampai sekarang?
 
Ketika AlvinT mulai berdiri tahun 2006, pasar di Indonesia masih didominasi oleh pabrik furnitur lokal. Kesadaran terhadap desain masih rendah. Tidak banyak orang yang tahu tentang profesi desainer produk. Masyarakat masih punya pandangan bahwa furnitur di Indonesia dibuat oleh tukang.
 
Keadaan pasar ini berubah cepat di era globalisasi. Majalah internasional di Indonesia mulai banyak, penggunaan media sosial seperti Instagram dan Pinterest  kian marak, dan toko-toko retail furnitur bermunculan .
 
Kini industri kuliner dan perhotelan telah berubah menjadi lebih design oriented. Pasar di Indonesia terus berkembang sejalan dengan berkembangnya ekonomi nasional dan ini menarik perhatian banyak desainer internasional dan supplier. Tetapi yang selalu disayangkan adalah: 
 
  • Kurangnya edukasi mengenai nilai desian (orisinalitas, kualitas, ethical quality) yang membuat desain masih dianggap sebagai visual kosmetik dalam sebuah produk, ruangan, dan bangunan. 
  • Kurangnya peraturan baik dari Pemerintah, asosiasi, dan instasi terkait dalam membangun infrastuktur yang kondusif bagi pihak desainer dan pengrajin lokal vs importir untuk membuat kondisi pasar seimbang. Kurangnya hukum yang mengatur tindakan copycats.
  • Kurangnya pengarahan dari pihak berwenang untuk bisa mengarahkan stakeholder (asosiasi, pelaku, pemerintah, media, pasar) untuk mengajak masyarakat agar mencintai, menggunakan, dan mengapresiasi hasil karya orang Indonesia sendiri sama rata dengan karya internasional. Hal ini antara lain tertuang dalam stigma ‘karya Indonesia harus lebih murah daripada karya luar negeri’.  Saya rasa hal ini harus diubah! Semua stakeholder harus bekerjasama untuk mengubahnya.
 
Apa hal yang paling Anda dinikmati dalam mengerjakan proyek desain ?
Saat ide berhasil terwujudkan dan mampu memberi dampak, baik secara psikologis maupun ekonomis kepada masyarakat.
 
Kriteria pameran seperti apa yang Anda pilih untuk pameran di luar negeri?
Pameran desain. Pameran yang lebih berorientasi pada desain dibanding trading
 
Apakah ekshibisi desain yang paling inspiratif bagi Anda? 
Salone del Mobile. Pameran ini selalu menjadi tolak ukur di dunia desain. Saya selalu mendapatkan banyak ide dari pameran ini karena kontennya sangat variatif. Di samping itu banyak juga ekshibisi desain skala kecil (biasanya diadakan di museum) yang memiliki konten yang sangat inspiratif. Pameran-pameran yang diadakan dalam museum terkadang lebih menarik karena  ditujukan untuk mengeksplorasi sebuah Konsep.  
(JAR) Foto: Dok. AlvinT
 

 

Author

DEWI INDONESIA