Kunjungi Wajah Baru Ruang Terbuka Masyarakat di Jakarta
Sejatinya klien utama seorang arsitek ialah masyarakat. Mendesain ruang publik yang mampu memberdayakan warga dan lingkungan merupakan proyek idaman.
30 May 2017


1 / 4
Kalijodo menjadi nama yang begitu populer di kota Jakarta beberapa bulan terakhir. Sampai artikel ini diturunkan, area tersebut selalu ramai meski proses pembangunan belum sepenuhnya jadi. Pengunjungnya bukan hanya warga sekitar melainkan datang dari segala penjuru Jakarta dengan usia dan latar belakang yang beragam.
RTH/ RPTRA Kalijodo hanyalah satu dari 188 lokasi proyek RPTRA yang dibangun di sejumlah kelurahan di Jakarta. Kedepannya ruang publik serupa akan dibangun di setiap satuan Rukun Warga DKI Jakarta. Avianti yang juga berperan sebagai koordinator arsitek proyek RTH/RPTRA menunjuk11 biro arsitektur dalam negeri untuk mendesain ruang publik yang layak. Pemilihan itu didasarkan pada rekam jejak yang mumpuni dan integritas para arsitek.
Nyatanya yang awam terhadap konsep RPTRA ini bukan hanya masyarakat di sekitar ruang terbuka. Sejumlah arsitek yang merancangnya pun merasakan hal yang sama. Han Awal and Partners, d- associates, dan Willis Kusuma Architects adalah tiga di antara 11 biro arsitektur yang terlibat dalam proyek ini. Koordinasi antar 11 biro arsitek dan kontraktor juga merupakan interaksi yang sangat menantang.”
Para pemilik firma arsitek ini tak segan bercerita pada dewi tentang proyek yang juga mendatangkan harapan dan rasa haru karena berhasil memberi solusi terhadap permasalahan kota.
  • Kalijodo, Ikon Wisata Internasional
Yori pemilik Han Awal & Partners pun merancang sebuah ruang terbuka hijau yang diisi oleh arena skateboard, jalur sepeda yang bergelombang, dan lahan untuk berlari. Ruang semi terbuka di sebelahnya dibuat agar warga bisa bersantai sambil memandang para remaja yang melakukan atraksi dengan sepeda. Bisa juga dinikmati sambil memandang karya mural beberapa seniman kontemporer Indonesia seperti The Popo, Marishka Soekarna, dan Darbotz. Melihat sejumlah fasad dengan desain serupa trapesium pun bisa menjadi pemandangan menarik. Han Awal & Partners mendesain tiga bangunan modern yang diantaranya berfungsi sebagai toilet dan mushola.
  • Pernikahan di Kampung Benda
Dalam waktu kurang dari enam bulan proses desain dan pembangunan 11 RPTRA dirampungkan. Willis bekerja dengan Laurencia Angelia, salah satu anggota timnya. Pembangunan RPTRA ini tak luput dari tantangan. Laurencia terpaksa meninggalkan ide menciptakan permainan kontur dan gundukan tanah pada lahan RPTRA karena keterbatasan waktu dan biaya. Bentuk lahan yang dirasa sulit juga menjadi tantangan yang membuatnya menjadi lebih kreatif, “RPTRA Kebon Sirih yang berada di bawah rel kereta api menantang kami agar dapat mengintegrasikan bangunan prototype kami dengan kolom rel kereta. Di sini kami menciptakan semacam aktivitas wall climbing dengan menggunakan kolom tersebut. Kami juga menciptakan skylight di antara kolom tiang rel kereta sehingga bangunan tidak terkesan menempel dengan kolom rel kereta.Sekali waktu RPTRA itu menjadi tempat acara ulang tahun bahkan pernikahan warga sekitar. “Tak ada lagi keengganan keluar rumah dan kami bisa merasakan suasana interaksi antar warga,” lanjut Willis.
 
  • Titik Awal Community Center
Fasad “ringan” menjadi rancangan ruang yang menurut mereka ideal bagi proyek ini. Bentuk bangunan terinspirasi dari shelter housing. Material yang digunakan ialah material lokal yang mudah didapatkan seperti Zinc Allume untuk atap dan baja tipis sebagai struktur bangunan. Tembok tidak dibuat menempel pada langit-langit agar udara di dalam ruangan bisa mengalir dengan baik. Bagi Maria, keberadaan RPTRA juga merupakan sebuah proses pembelajaran bagi masyarakat untuk bisa bersama memelihara ruang.  Sementara Supie memiliki pendapatnya tersendiri tentang pengembangan konsep ruang terbuka ini, “Ide ruang komunal ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi community center . Ruang kegiatan dapat ditambah. Jenis kegiatan dapat terus dikembangkan secara konsisten. Untuk ruang publik semestinya kita memikirkan tentang inklusivitas ( inclusive design ) dimana semua tanpa terkecuali dapat menggunakan dan memakai ruang publik. Seperti Jepang yang sudah sampai pada tahap menjadikan community center sebagai daya tarik tersendiri karena desain arsitektur yang sangat baik.” (JAR) Foto: dok. d-associates, dok. Willis Kusuma Architects, dok. Han Awal & Partners.
 

 

Author

DEWI INDONESIA