“Setelah sekian lama bekerja sebagai sutradara yang digaji oleh rumah produksi komersial, sampai-sampai saya lupa dengan gairah saya sendiri. Saya merasa harus membuat film saya sendiri,” ucap sutradara Teddy Soeriaatmadja ketika kami telah duduk bersama di ruang kantornya. Ia merasakan gejolak yang tak bisa ditahan usai Lovely Man dibuat. “It was a pleasurable experience. Rasanya seperti membuat lukisan. Tidak ada pertanggung jawaban kepada produser,” tawanya.
Dari pemikiran itu akhirnya Teddy mencari celah untuk membuat sebuah trilogi yang memiliki benang merah satu dan lainnya. Jalan cerita Lovely Man serta dua karya Teddy lainnya Something in The Way dan About a Woman, tidak memiliki ikatan. Namun ketiganya menjadikan interaksi dan gelora antar dua karakter sebagai poros. Teddy ingin menyampaikan kisah tentang penebusan, kesendirian, kehidupan di Jakarta, dan kemunafikan dalam sebuah film.
Puaskah ia dengan trilogi ini? Tidak. Teddy tak pernah puas. Pencapaian triloginya yang masuk ke berbagai festival pun tak ia anggap sebagai kesuksesan. "Kepuasan saya adalah ketika bekerja bersama tim untuk membuat film," pungkasnya. (GN) Foto: M. Zaki