Indonesia, dengan kekayaan budaya yang luar biasa, memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri kreatif yang berkelanjutan. Meski demikian, pengembangan industri kreatif tidak boleh terjebak pada komodifikasi atau eksploitasi nilai-nilai lokal. Sebaliknya, diperlukan pendekatan holistik dengan ekosistem kondusif yang mendukung diplomasi budaya melalui pemberdayaan perajin lokal.
Topik mengenai hal tersebut merupakan salah satu pembahasan dalam diskusi publik yang digelar oleh Kelompok Kerja (Pokja) Kebudayaan, pada Senin (3/9) petang di M Bloc Space Jakarta. Gagasan mengenai pembentukan Kementerian Kebudayaan, sebagai lembaga yang bertanggung jawab mengelola kekayaan budaya, memainkan peran penting dalam membangun ekosistem yang kondusif.
Diskusi ini menekankan beberapa isu penting, antara lain:
1. Pemberdayaan Perajin Lokal
Pemberdayaan perajin lokal merupakan kunci untuk memastikan keberlanjutan industri tenun. Pemerintah dan dunia usaha dapat bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan perajin, memberikan akses terhadap teknologi dan informasi, serta membangun jaringan pemasaran yang kuat.2. Standardisasi dan Dukungan Talenta Lokal
Svida Alisjahbana, Ketua Ekraf APINDO dan Ketua Jakarta Fashion Week, pada diskusi tersebut menekankan pentingnya inovasi dan adaptasi dalam industri kreatif. Pemerintah juga perlu berperan aktif dalam menstandarisasi, mendukung, dan menginkubasi talenta lokal."Untuk memajukan industri kreatif Indonesia, kita tidak bisa hanya melestarikan tradisi; kita harus menjadikannya relevan dengan perkembangan zaman. Diperlukan peran aktif pemerintah dalam menstandarisasi, mendukung, dan menginkubasi talenta lokal agar mampu bersaing di panggung global," ujar Svida.
3. Perlunya Perlindungan Kekayaan Budaya Lokal
Lebih lanjut, Svida juga mengatakan bahwa Indonesia memerlukan banyak inisiatif konkret seperti yang dilakukan oleh Julie Sutrisno Laiskodat, istri Gubernur NTT. Julie mematenkan indikasi geografis (IG) tenun daerah, sebagai upaya penting dalam melindungi kekayaan budaya Indonesia. Dengan mematenkan indikasi geografis, kita dapat memastikan bahwa produk-produk budaya Indonesia asli dan terlindungi dari pemalsuan.“Kita perlu lebih banyak inisiatif seperti ini di seluruh Indonesia, tidak hanya untuk kain tenun tetapi juga untuk tarian, makanan, dan kekayaan budaya lainnya. Hal ini akan meningkatkan nilai ekonomi produk-produk budaya Indonesia dan membantu melestarikan warisan budaya kita untuk generasi mendatang,” sambungnya.
4. Inovasi dan Adaptasi
Indonesia merupakan negara majemuk dengan beragam budaya serta tradisi yang penting untuk dijaga. Meski demikian, dalam diskusi ini turut dibahas pula bahwa kita tidak bisa hanya melestarikan tradisi; kita harus membuatnya relevan dengan perkembangan zaman. Inovasi dalam desain, bahan, dan teknik produksi wastra tanah air, misalnya, dapat meningkatkan daya tariknya di mata konsumen modern.Dalam diskusi tentang Industri Konten dalam Industri Budaya Global, Ivan Chen, Pendiri Anantarupa, mengemukakan bahwa sasaran dari strategi kebudayaan adalah untuk menciptakan kedaulatan budaya yang dapat diukur melalui pelestarian budaya tradisional, internalisasi nilai budaya ke media baru, penguatan diplomasi budaya, ketahanan budaya terhadap pengaruh asing dan pertumbuhan kekuatan ekonomi baru.
5. Diplomasi Budaya
Bukan sekadar wastra atau tari-tarian, Ivan juga menjelaskan industri konten memainkan peran penting dalam industri budaya global. Konten kreatif seperti film, musik, dan seni, memiliki potensi untuk mempromosikan pemahaman lintas budaya, mendorong inovasi, dan menciptakan lapangan kerja. Namun, industri konten juga menghadapi sejumlah tantangan, termasuk persaingan global yang ketat, pembajakan, dan perubahan teknologi yang cepat.Ia menekankan pentingnya sinergi antara berbagai pemangku kepentingan dalam industri budaya, termasuk pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan masyarakat. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan industri konten dan mendorong pengembangan industri budaya global yang berkelanjutan.
Pengembangan industri kreatif Indonesia harus berjalan seiring dengan upaya pelestarian dan pengembangan budaya. Dengan pendekatan holistik yang berfokus pada inovasi, pemberdayaan, dan diplomasi budaya, Indonesia dapat membangun industri kreatif yang berkelanjutan dan berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan nasional.
Untuk mencapai hal ini, diperlukan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas. Kementerian Kebudayaan, sebagai lembaga yang bertanggung jawab mengelola kekayaan budaya, memainkan peran penting dalam membangun ekosistem yang kondusif. (MAR)
Foto: Pokja Kebudayaan
Topic
CultureAuthor
DEWI INDONESIA
HOME & ARCHITECTURE
Illulian x Ferruccio Laviani: Perpaduan Kemewahan dan Desain Artistik