Erik Prasetya, Pelopor Fotografi Jalanan yang Setia Mengabadikan Kota
Telah 25 tahun berkarya, Erik menuturkan pengalamannya menggeluti fotografi jalanan di Ibukota Jakarta.
3 Jun 2016



Memperoleh kamera pertama ketika berumur 10 tahun,  Erik Prasetya sangat tertarik untuk mengabadikan setiap momen, dengan belajar cuci-cetak foto, di kamar gelap milik anak teman ibunya. Pada 1990 ia memutuskan untuk memotret khusus di kawasan Sudirman-Thamrin.  Pendekatan yang dilakukannya disebut street photography atau fotografi jalanan, yang di masa tersebut belum populer di Indonesia. 
Ia menjelaskan pada eranya dahulu, tepatnya pada tahun 1997, menjelang krisis moneter di Indonesia, Erik Prasetya bersama dengan Sebastiao Salgado, fotografer dunia yang kala itu dibantu Erik untuk memotret kota Jakarta, kesusahan untuk memotret suasana kota. Tiap kali ingin memotret suatu tempat, di mal atau di taman kota, ia harus meminta izin, bahkan dilarang. Di masa Suharto, semua dikontrol. Sebab itu fotografi jalanan tidak pernah berkembang baik di masa Suharto. Fotografi jalanan membutuhkan kedalaman. Ketika fotografer blusukan dan menampilkan sesuatu yang tidak berkenan bagi penguasa, tindakan itu dianggap subversif.  (LC) Foto: Dok. Erik Prasetya.
 

 

Author

DEWI INDONESIA