Kisah Mereka yang Melestarikan Permainan Tradisional
Prihatin dengan mulai dilupakannya permainan tradisional, dua komunitas tergerak untuk melestarikan permainan tradisional yang mulai lenyap.
19 Jan 2018


Terjangan teknologi tak bisa dilawan. Pemainan tradisional berganti dengan permainan teknologi digital. Demi menghargai masa kecilnya dan melestarikan permainan tradisional agar bisa terus dimainkan, sejumlah komunitas tergerak untuk membawa kembali mainan-mainan sederhana pada masa kecilnya untuk diperkenalkan kepada generasi masa kini.

Tahun 2005, Komunitas Hong didirikan oleh Zaini Alif di kawasan Dago Pakar, Bandung, Jawa Barat. Nama ‘Hong’ diambil dari kata yang diucapkan anak-anak ketika tengah bermain petak umpet dalam tradisi masyarakat Sunda. Dengan Komunitas Hong, Zaini Alif berhasil mendokumentasikan 2.500 mainan dan permainan dari seluruh Indonesia. Bersamaan dengan itu, Komunitas Hong berkembang sebagai tempat pelestarian permainan tradisional. Secara rutin, Komunitas Hong menggelar olimpiade dan festival untuk memperkenalkan permainan tradisional ke seluruh Indonesia bahkan dunia internasional.

Lain Halnya dengan Komunitas PlayPlus Indonesia. Bersamaan dengan adanya sebuah proyek kompetisi Alumni Engagement and Innovation Fund dari U.S Departement of State, Komunitas PlayPlus Indonesia lahir dari inisiatif beberapa orang Kelompok Alumni Pertukaran Pelajar IELSP (Indonesia English Language Program). Komunitas ini dibentuk sebagai media pelestarian permainan tradisional anak-anak serta menjadikannya sebagai pola asuh alternatif orang tua.

Semangat melestarikan tersebar di 7 kota yaitu Jakarta, Aceh, Yogyakarta, Banjarmasin, Parepare, Lombok dan Masohi. Di masing-masing kota itulah mereka bergerak melalui workshop bermain dan memperkenalkan permainan tradisional bersama tokoh lokal yang memiliki visi serupa kepada anak-anak dan orang tua.

Buku Ensiklopedi Permainan Tradisional menjadi saksi nyata bagaimana perjalanan Komunitas PlayPlus,karya swadaya banyak pihak ini dipersembahkan untuk anak-anak dipelosok nusantara. Sejumlah permainan asli Sabang sampai Merauke terangkum dalam satu buku. Itupun tidak semuanya. Karena masih banyak permainan belum terkulik di luar sana. (WHY) Foto: Dok. Komunitas Hong 
 

 

Author

DEWI INDONESIA