Meneliti dan Memaknai Kebaikan Hidup Lewat Tenun Sumba oleh Etty Indriati
Buku kedua mengenai tenun Sumba oleh Etty Indriati, berjudul 'Tenun Sumba: Membentang Kain Kehidupan' akan hadir mulai 18 November.
11 Nov 2019


Peluncuran buku Etty Indriati berjudul 'Tenun Sumba: Membentang Kain Kehidupan' yang dilaksanakan di BINHouse, Menteng, Jakarta Pusat.


Kisah Etty Indriati mengenai tenun Sumba tertuang dalam bukunya Tenun Sumba: Membentang Kain Kehidupan yang memaparkan hasil penelitiannya pada tenun Sumba, termasuk kisah-kisah di balik tenun tersebut hingga museum-museum yang mengoleksi dan menuliskan koleksi tenun Sumba.

Dari bagaimana cara pembuatan, ragam teknik, motif, dan katalog 100 tenun koleksi dari berbagai daerah di Sumba—semua tertuang dalam buku Etty. Saat peluncuran bukunya, ia menceritakan kisah pertemuan dengan beberapa kelompok tenun di Sumba.

“Di Sumba, saya menemui beberapa kelompok tenun. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 hingga 14 orang. Diperlukan kerja sama dalam proses pembuatan kain tenun Sumba, sama seperti pembuatan batik di Jawa,” tulisnya dalam buku. Pembuatan kain tenun sendiri melibatkan beberapa orang, yang dibagi tugasnya—meliputi peracikan warna, pemintal benang dari kapas, penenun, pembuatan kabakil, serta pelintir rumbai benang pada ujung kain.

Peluncuran buku ini sekaligus juga ajangnya dalam mempresentasikan kain-kain tenun Sumba yang juga ia koleksi. Berbagai penjelasan mengenai keharmonisan komunal, harapan warga Sumba terhadap pembuatan tenun, hingga arti dan harapan dari sebuah tenun itu sendiri dilontarkan olehnya.

 

Etty Indriati menjelaskan makna motif dari kain tenun Sumba.


“Kelompok pembuat tenun di Sumba pun menamakan kelompok mereka masing-masing dengan nama yang melambangkan harapan mereka. Ada yang menamakan kelompoknya Lukamba Nduma Luri yang artinya benang hidup,” tuturnya. “Ada pula Pahamun Dumaluri, yang artinya memperbaiki hidup.”

Selain Ia berkelana di Sumba mencari tahu mengenai kain, Etty juga melakukan penelitian dan studi pustaka koleksi tenun Sumba di museum yang berada di San Fransisco dan Chicago, Amerika Serikat. Etty merencanakan tiga buku khusus untuk membahas mengenai tenun Sumba. Buku ini adalah buku kedua mengenai tenun Sumba, setelah buku pertama yang terbit tahun 2016 berjudul Beri Daku Tenun Sumba

Etty juga menjelaskan bahwa penelitian atau pun hasil studi mengenai wastra Sumba yang dilakukan oleh peneliti asing, tidak dipublikasikan dalam Bahasa Indonesia. Sehingga, sulit untuk diakses oleh warga Indonesia, khususnya warga Sumba.

“Namun demikian, menelusuri pustaka tulisan orang asing tentang koleksi wastra Indonesia, termasuk tenun Sumba, membuat kita memahami makna yang tersirat di dalamnya. Ada penghargaan yang tinggi atas karya budaya Sumba dari orang-orang di negara lain,” tambah Etty.

Buku ini sekaligus menjadi panduan dan rekaman bagi orang-orang yang mungkin baru pertama kali atau ingin mengenal lebih jauh mengenai kain tenun asal Sumba dan kisahnya. Buku Tenun Sumba: Membentang Benang Kehidupan akan ada di toko-toko buku mulai 18 November 2019 mendatang. (FH) Foto: Tim Kompas Gramedia

 

 


Topic

Art and Culture

Author

DEWI INDONESIA