Mengurangi Jejak Emisi Karbon dengan Penggunaan Serat Alami dalam Industri Tekstil
Bukan hanya menjadi tanggung jawab para produsen industri tekstil, para pencinta mode juga harus semakin pintar dalam memilih pakaian untuk mewujudkan kepeduliannya terhadap Bumi.
21 Dec 2021



Hubungan antara industri tekstil dan emisi karbon memang sedang menjadi isu yang dihadapi oleh para pelaku industri mode. Berbagai cara mereka lakukan untuk mengurangi jejak emisi karbon setiap kali memproduksi koleksi terbarunya.
 
Keseriusan Indonesia dalam menghadapi isu emisi karbon ini akan dirasakan dalam bentuk nyata, yaitu adanya pajak karbon yang kabarnya akan diberlakukan pada 1 April 2022 dengan disahkannya UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) oleh DPR, yang menyepakati besarnya tarif pajak karbon paling rendah adalah Rp30,- per kilogram.
 
Namun, kebijakan tersebut masih menuai banyak pro dan kontra. Salah satunya adalah Jemmy Kartiwa Sastraamatja, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), yang mengatakan bahwa pemberlakuan pajak karbon dirasa sangat mendadak dan dipaksakan.
 
“Pemerintah harus duduk bareng bersama asosiasi-asosiasi industri, pelaku industri, KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), dan para pemangku kepentingan lainnya untuk membahas permasalahan ini,” ungkap Jemmy, melansir dari investor.id.
 
Melihat isu emisi karbon menjadi topik yang penting untuk direnungkan, Lenzing Group, produsen serat alami untuk industri tekstil dan nonwoven, berkolaborasi dengan beberapa fashion brand lokal dengan memperkenalkan koleksi fashion pertama dengan serat rendah emisi karbon, TENCELTM Carbon-Zero. Serat ini diproduksi secara khusus dengan mengacu pada panduan pengurangan jejak emisi karbon, baik dalam pengolahan bahan baku maupun proses distribusinya.
 
Selain dipastikan ramah lingkungan, serat ini juga tetap menonjolkan manfaat fungsionalnya, seperti nyaman di kulit, kelembutan yang tahan lama dan terasa seperti sutera, sirkulasi udara yang baik, serta kualitas warna yang lebih awet.
 
Deretan fashion brand lokal yang merilis produk mereka dengan serat rendah emisi karbon adalah Calla the Label, Colour Symphony, Dust, Hamako Baby, Hikarusa, Larusso, Masshiro & Co, Mississippi, No.ver.re, Queensland, SARE/Studio, dan Sejauh Mata Memandang, di mana koleksi khususnya akan diperkenalkan di tahun 2022 mendatang.
 
Target jangka pendeknya, Lenzing dapat berkontribusi mengurangi karbon sebesar 50% hingga tahun 2030 dan menjadi bebas karbon pada tahun 2050.
 
Sejak diluncurkan pada tahun 2020 lalu, TENCELTM Carbon-Zero memang merupakan bentuk dari kontribusi nyata dalam mewujudkan hal berkelanjutan dan upaya untuk mengatasi perubahan iklim secara global.
 
Untuk mendukung misi tersebut, Lenzing pun menerapkan tiga langkah pendekatan, yaitu Reduce, Engage, dan Offset.
 
Mengutip dari kontan.co.id, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin, Titik Purwati Widowati, menyebutkan bahwa serat alami memang memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dan dapat terus dikembangkan.
 
“Serat alami pun memiliki kelebihan dibandingkan serat sintetis karena dapat didaur ulang dan terbarukan,” ungkapnya.
 
Jika ingin menjadikan Bumi sebagai tempat tinggal yang nyaman, tidak ada salahnya para pelaku industri mode dan konsumennya untuk bertindak lebih pintar dan bijaksana ke depannya dalam memproduksi dan memilih produk yang ramah lingkungan. (RJ) Foto: Pexels.
 
 

 


Topic

Culture

Author

DEWI INDONESIA