Museum MACAN Buka Dua Pameran Perdana Tahun Ini
Museum MACAN menghadirkan pameran dari dua seniman yang mengajak pengunjung untuk mengalami langsung karya yang ditampilkan.
27 Feb 2020




Museum MACAN membuka pameran perdananya tahun ini, 26 Februari 2020. Tak cuma satu, tetapi dua sekaligus. Pertama ialah karya seni performans dari seniman Melati Suryodarmo bertajuk “Why Let The Chicken Run?”. Selain itu, Museum MACAN juga menghadirkan instalasi video “Manifesto” karya Julian Rosefeldt.

Kedua seniman ini dipilih karena medium yang mereka hadirkan belum banyak ditampilkan di museum-museum di Indonesia. “Video dan seni performans adalah tulang punggung dari kesenian kontemporer. Namun di Indonesia kedua medium ini masih belum banyak ditampilkan di dalam museum. Padahal seni audiovisual dan seni performans tumbuh dan punya sejarahnya sendiri di Indonesia,” jelas Direktur Museum MACAN Aaron Seeto dalam kesempatn konferensi pers.

Aaron juga menjelaskan, kehadiran dua pameran ini di Museum MACAN bertujuan untuk memberikan pengalaman baru bagi para pengunjung. Sebab medium yang digunakan kedua seniman mendorong pengunjung untuk ikut mengalami langsung karya-karya yang dipamerkan.

“Why Let The Chicken Run?” misalnya yang akan menampilkan karya-karya seni performans gubahan Melati Suryodarmo. Pada kesempatan yang sama, Melati menjelaskan kunci seni perfromans ini adalah pengalaman antara seniman dan pengalaman tubuhnya, yang kemudian mempengaruhi bagaimana khalayak mengalami kesenian yang ditampilkannya.

Ada 12 performans yang akan dihadirkan Melati selama tiga bulan pameran dengan durasi bervariasi. Mulai dari 15 menit dan 12 Jam. “Durasi yang panjang itu adalah cara seniman performans memberikan ruang bagi proses, untuk memperlihatkan sisi imajinasi, politik, dan sebagainya yang mendasari karya tersebut,” jelas Melati.

Keduabelas seni performans yang dihadirkan dalam pameran ini merupakan hasil kurasi dari praktik kekaryaan Melati selama 20 tahun. Namun, Melati menegaskan bahwa pameran ini bukanlah pameran retrospektif. “Akan tetapi ini menjadi semacam arsip untuk menjelaskan konteks situasional saat saya membuat masing-masing karya,” lanjutnya.

Maka bersama dengan itu, Melati juga akan turut memamerkan satu seri foto, satu gambar, dan object witness atau benda-benda yang pernah digunakan Melati dalam melakukan seni performans.

 

 


Topic

Art and Culture

Author

DEWI INDONESIA