Museum MACAN Buka Dua Pameran Perdana Tahun Ini
Museum MACAN menghadirkan pameran dari dua seniman yang mengajak pengunjung untuk mengalami langsung karya yang ditampilkan.
27 Feb 2020




Menyulut Kemarahan Intelektual

Pengalaman menonton juga menjadi poin utama instalasi “Manifesto” oleh Julian Rosefeldt. Pertama kali dipamerkan pada 2015, Julian mengkolase ragam manifesto dan menjadikannya 13 monolog yang dibacakan oleh aktris pemenang Piala Oscar Cate Blanchett.

Tak sekadar merancang monolog. Julian lantas menerjemahkan gabungan larik-larik manifesto tersebut menjadi sebuah karakter dan latar situasional mereka yang ditampilkan dengan pendekatan sinematis. Ketiga belas video itu diputar secara simultan dalam satu ruang galeri.

Pengunjung dapat menonton satu per satu dan mencerna masing-masing manifesto yang dibacakan Cate dalam karakternya. Atau cobalah berdiri di tengah ruangan ketika ketiga belas karakter Cate Blanchett menatap langsung ke kamera dan seluruh manifesto yang ia bacakan tumpang tindih satu dengan yang lain. Rasanya mungkin sama dengan ketika Anda membaca lini masa media sosial saat setiap orang saling mengadu paham satu dengan yang lain.

Ada sekitar 54 manifesto yang dipilih Julian untuk membuat 13 monolog ini. Mengapa 13? “Setelah 25 tahun berkarya, saya belajar untuk mempercayai insting. Jadi untuk menjelaskan mengapa satu hal dibuat demikian saya pikir karena itulah yang menurut saya akan bisa berbicara secara maksimal kepada khalayak,” jelas Julian dalam sesi wawancara.

Dalam merampungkan instalasi ini, Julian menceritakan dibutuhkan setidaknya satu tahun untuk membuat instalasi video ini. Ia mengerjakan dua hal secara paralel Pertama, membaca dan memilah manifesto-manifesto mana saja yang mesti digunakan. Kedua, adalah merancang karakter dan situasi untuk menyampaikan manifesto yang dibuatnya. “Pahami bahwa saat itu saya mencari karakter dan situasi untuk menyampaikan sebuah dialog,” jelasnya.

Maka karakter-karakter dan situasi yang dipilih antara lain, Ibu yang sedang memimpin doa, guru yang sedang mengajar, koreografer yang sedang mengarahkan latihan, pembacaan eulogi, dan lain-lain.

Lewat instalasi video ini, Julian ingin mengingatkan dan memantik kembali kreativitas dan intelektualitas khalayak. Atau dalam bahasanya, “kemarahan intelektual”. “Ada begitu banyak kemarahan dalam manifesto-manifesto ini,” ujar Julian pada sesi kuliah umum di Goethe Haus, malam sebelumnya. Dan menurutnya hal ini penting untuk menghadapi perkembangan paham-paham populisme di berbagai belahan dunia. (SIR). Foto: Museum MACAN.



 


 

 


Topic

Art and Culture

Author

DEWI INDONESIA