Pameran Constellation of Being, Identitas dalam Estetika Sinta Tantra
Pameran tunggal Sinta Tantra ini menghadirkan metafora tentang diri dan keluarga yang begitu personal, dengan sejarah kolonial yang melatarinya
8 Aug 2022



Kecintaan Sinta Tantra terhadap warna dan komposisi, serta eksplorasinya tentang identitas dan estetika, hadir pada karya-karyanya di pameran tunggalnya yang bertajuk “Constellation of Being.” Sinta adalah seorang seniman berdarah Bali yang berbasis di Inggris dan Indonesia, yang dikenal dengan kekhasannya melukis bentuk-bentuk geometris dalam warna-warni tropis yang cerah.
 
Pameran ini menghadirkan karya-karya terbaru Sinta yang dikurasi oleh Sadiah Boonstra. Mayoritas karyanya ini terdiri dari lukisan, dengan beberapa instalasi yang mendukung narasi personal yang menjadi benang merah pameran karyanya ini.

Bentuk-bentuk figuratif

Searah jarum jam: “Taman Ujung (A Water Palace),"  "ndah Ripon (Black Magic)," dan "Harsiam (Broken Eggs)."

Sadiah Boonstra menjelaskan bahwa Karya-karya Sinta dalam pameran ini merupakan bentuk-bentuk figuratif yang dihadirkan sang seniman, untuk menceritakan kembali kisah-kisah masa lalu keluarganya. Ini juga merupakan upaya Sinta untuk mengunjungi kembali akar budayanya di Indonesia, dan menerjemahkannya lewat karya.

Pameran tunggal Sinta kali ini menyoroti tentang cerita hidup, sejarah, serta tentang hubungan antar-keluarga yang berkait dengan nilai dan kepercayaan. Kaitan-kaitan inilah yang dia sebut sebagai “konstelasi.”  

Sepenggal cerita tentang pengalaman ibunya memecahkan telur saat sang ibu masih kecil dulu, misalnya, dituangkannya dalam lukisan berjudul “Harsiam (Broken Eggs).”

Ada pula Sosok sang nenek dari pihak ayahnya, si kembang desa yang begitu ayu, tapi dikabarkan terkena teluh atau ilmu hitam (black magic). Sosok sang nenek yang begitu mengesankan Sinta itu dihadirkannya dalam lukisan bertajuk “Indah Ripon (Black Magic).”

Menelisik akar identitas diri

Searah jarum jam: “Constellation of Being (1), (2), dan (3)"

Sinta bertanya kepada kedua orang tuanya mengenai sejarah dan memori berkesan dalam keluarga. guna mendapatkan inspirasi bagi karya-karyanya. Pengunjung bisa ikut mendengarkan kisah-kisah personal ini juga, melalui video yang diputar dalam pameran ini. Penuturan sang ayah serta ibunya ini juga akan membuat Anda lebih mendalami ketertarikan Sinta untuk menelisik akar identitas dirinya.

"Saya ingin terhubung dengan orang-orang pada tingkatan yang telah melampaui kata-kata dan budaya, Saya memiliki perbendaharaan bentuk dan warna yang dapat saya pasang dan bongkar serta seperangkat aturan yang bisa saya ikuti atau saya langgar jika diperlukan," jelas  tentang karya-karyanya ini.

Sinta melukis menggunakan bahan cat tempera di atas linen foto serta memakai bahan organik dan mineral–yang ia gambarkan sebagai proses “hidup dan bernafas.” Akhir-akhir ini, Sinta juga melirik penggunaan material emas, dengan cara menempelkan lembar demi lembar daun emas di dalam lukisannya. 
 
Usai riset yang mendalam selama lebih dari dua tahun di kala pandemi, inspirasi pameran tunggal ini dipetik dari siluet-siluet dedaunan tropis dengan latar bentuk-bentuk geometris abstrak dan linen. Di sini, kita bisa melihat bagaimana Sinta menerjemahkan pengaruh yang didapat dari pelukis-pelukis asal Eropa seperti Henri Matisse dan Jean Arp lalu dilebur dengan bentuk-bentuk simbolis khas seniman Bali, Nyoman Lempad.

 
***
Searah jarum jam: Deborah Iskandar (pendiri dan presiden direktur ISA Art Gallery), Sinta Tantra, Sadiah Boonstra
Karya-karya Sinta Tantra sebelumnya yang tersohor berupa mural-mural di ruang publik di Hong Kong hingga Liverpool, termasuk di antaranya yang paling menyita perhatian adalah mural yang menghiasi jembatan sepanjang 300 meter di Canary Wharf, London sebagai bagian dari proyek Olimpiade 2012. Baru-baru ini, ia juga merampungkan proyek mural yang menghiasi fasad Poins Square Mall dan Apartemen di Jakarta Selatan.

Constellation of Being” hadir di ISA Art Gallery, lantai dasar Wisma 46 - Kota BNI.  Pameran ini terbuka untuk umum 6 Agustus - 30 September 2022.
 

MARDYANA ULVA
Foto: ISA Art, dok. DEWI

 

 


Topic

Art

Author

DEWI INDONESIA