Serunya Menutup Tahun Diatas Panggung Rave Party ala DJ Dipha Barus
DJ Dipha Barus berbagi kisah serunya menutup tahun diatas panggung rave party.
18 Dec 2015


Ketika berada di panggung, DJ Dipha Barus tidak pernah menatap penonton dalam waktu lama. Sejak kecil , DJ Dipha Barus selalu merasa tidak nyaman jika ada di tengah banyak orang. Di sisi lain, ia sangat menyukai musik. Baginya musik memberikan energi positif dalam diri. Disc Jockey  menjadi pilihan kariernya sejak tahun 2009, menjadi ironi dengan ketidaknyamanannya. Mulai saat itu, permintaan untuk mengisi acara tahun baru diterimanya sampai hari ini. sebuah medium merefleksikan hal yang ia rasa dalam perjalanan waktu. 

Mengapa berniat menjadi DJ? Prinsipnya saya suka membuat orang lain senang dengan melakukan hal-hal yang saya cintai. Saya sangat menyukai musik dan menikmati proses berkarya menciptakan lagu.

Bagaimana Anda memandang profesi ini? DJ tak sebatas menghibur orang dengan musik keras tetapi bagaimana ia bisa merasuk ke dalam emosi penonton untuk menghasilkan nada-nada yang sesuai atmosfer ruang pesta.  Dan tentu sebuah medium merefleksikan hal yang saya rasakan. Menurut saya pekerjaan ini ialah tentang bagaimana kita menghubungkan energi yang berbeda-beda terhadap orang-orang yang tengah menikmati musik.

Bisa ceritakan tentang perasaan Anda ketika berada di dj booth tepat jam 12 malam?
Waktu berlalu begitu cepat. Ketika panitia acara meminta saya untuk bersiap memainkan special song untuk detik pergantian tahun, saya selalu merasa waktu masih ada di tahun 2009, ketika saya pertama kali memutuskan untuk mencari nafkah lewat profesi ini. Sekarang, sudah menjelang 2016. Berbagai emosi dari penonton sangat saya rasakan ketika berada di atas panggung rave party. Ada yang merasa senang ada pula yang merasa sedih.

Special song seperti apa yang Anda ciptakan untuk pergantian tahun? Saya tidak pernah memutar lagu dance music dengan dentuman keras ketika pergantian tahun. Dari jam 12 sampai jam 1, saya bisa memutarkan musik The Beatles yang diaransemen ulang dengan campuran musik orkestra. Biasanya lagu tersebut ialah hasil dari perjalanan hidup saya selama satu tahun. Momen jatuh bangun. Salah satu contohnya, saya baru saja selamat dari kecelakaan berat. Mobil yang saya kendarai ditabrak oleh truk yang rem-nya tidak berfungsi. Selama tiga minggu saya tidak bisa bermeditasi. Akibatnya, saya merasa koneksi dengan semesta dan diri saya terputus. Hal-hal seperti itu memengaruhi dalam membuat lagu.

Peristiwa di malam tahun baru yang paling membekas? Ketika main di malam tahun baru dua tahun lalu, panitia berulang kali meminta saya untuk memutar lagu dengan irama upbeat saat pergantian tahun. Saya tidak bisa melakukannya dan akhirnya memutar lagu The Beatles versi akapela. Hasilnya? Para penonton bernyanyi bersama.

Hal apa yang ingin disampaikan kepada penikmat musik Anda? Di atas panggung saya merasakan berbagai perasaan dari massa yang ada di hadapan saya. Meski saya tidak menatap mereka dengan jelas tetapi saya merasakan ada di antara mereka yang menangis, ada yang begitu antusias menyambut hari baru. Berbagai perasaan itu terasa sangat menyentuh dan melalui lagu, saya ingin menyampaikan pada mereka bahwa mereka kiranya tetap menjadi diri sendiri namun dalam versi  yang lebih baik.

Bagaimana malam tahun baru Anda sebelum menjadi DJ? Ketika ayah masih hidup, kami sekeluarga menghabiskan tahun baru di rumah. Ayah seorang pendeta, jadi momen pergantian tahun diisi dengan doa bersama. Dan kami melihat pemandangan Jakarta di tahun baru dari apartemen. Hal itu juga yang kini sangat saya rindukan. Setelah beliau wafat, ritual itu tidak lagi ada. Kami tidak lagi berkumpul karena saya bekerja. Sebelumnya, ketika saya menjadi mahasiswa di Kuala Lumpur, momen akhir tahun saya manfaatkan untuk backpacking ke beberapa negara seperti Bangkok dan Myanmar. Malam pergantian tahun saya habiskan dengan membuat api unggun. Saya tidak begitu suka party. Hahaha….
(JAR) Foto: dok.Dipha Barus.
 

 

Author

DEWI INDONESIA