Simak Kalender Goethe-Institut Indonesien Pekan Ini
Mengupas aspek multidimensi dalam komposisi paduan suara romantik Jerman, manifesto seni di Indonesia, dan Melindungi Privasi di Internet.
3 Jun 2020




Goethe-Institut Indonesien kembali menyiarkan program-program daring secara live melalui kanal-kanal media sosialnya selama bulan Juni ini.
 
Daftar acara pekan ini mencakup perbincangan musik klasik, diskusi panel virtual membahas manifesto seni di Indonesia, serta lokakarya interaktif mengenai literasi digital yang terbuka untuk umum.
 
#MusicTalk | Rabu, 3 Juni 2020, 19.0020.00 WIB, via Instagram: @goetheinstitut_indonesien
Edisi pertama #MusicTalk di bulan Juni akan menampilkan Budi Utomo Prabowo (juga dikenal sebagai Tommy Prabowo), seorang konduktor, praktisi, dan pengajar music yang telah berkolaborasi dengan musisi, orkestra, serta paduan suara nasional dan internasional. Tommy, yang kini instruktur untuk konduktor muda di Musicasa Jakarta dan merupakan konduktor utama Jakarta City Philharmonic, akan mengambil alih kanal Instagram Goethe-Institut Indonesien untuk membahas aspek multidimensi dalam komposisi paduan suara romantik Jerman.
 
Dalam perbincangan ini, Tommy ingin berbagi dengan penikmat musik paduan suara perihal tujuan sebuah komposisi, dengan harapan dapat menambah wawasan tentang cara menginterpretasi dan menilai kualitas sebuah komposisi.
 
“Musik klasik biasanya ditulis dengan pengetahuan mendalam tentang pokok-pokok akustik dan estetika. Jika melibatkan teks atau lirik, penting juga untuk memahami soal sastra dan linguistic dalam rangka menginterpretasi dan menilai sebuah komposisi,” ucap Tommy.
 
Ia secara khusus akan membahas sebuah lagu klasik karya salah satu komposer musik orkestra terbaik Jerman pada abad ke-19, yaitu Johannes Brahms. Tommy akan
mengupas lagu ketiga Brahms dari 6 Lieder und Romanzen, Op. 93a, yang berjudul “O Süsser Mai”. Lirik lagu ini ditulis oleh pujangga Jerman: Achim von Arnim. Notasi musik
ini dapat diunduh sebelumnya di bit.ly/musictalk0306.
 
Dalam edisi-edisi berikut pada bulan ini, Gardika Gigih (12 Juni) dan Aning Katamsi (17 Juni) juga akan mengambil alih akun Instagram Goethe-Institut Indonesien untuk
berdiskusi seputar musik.
 
BINGKIS (Bincang Kamis) | Kamis, 4 Juni 2020, 17.0018.30 WIB, lewat YouTube Live & Facebook Live.
Pada sesi BINGKIS mendatang, Goethe-Institut Indonesien dan Museum MACAN menyajikan diskusi panel virtual bertajuk “Tertempa dan Lahir: Manifesto Seni di
Indonesia”. Sesi ini akan disiarkan live via kanal YouTube Goethe-Institut Indonesien (bit.ly/ManifestoBINGKIS) dan akun Facebook Museum MACAN.
 
Diskusi ini diikuti sejumlah seniman dan aktivis berpengaruh dalam rangka menjelajahi lebih dalam pemahaman kontekstual tentang manifesto di Indonesia. Diskusi ini akan
menyoroti cara seni dan perjuangan menuju kebebasan di Indonesia tumbuh menjadi beberapa manifesto dari tahun 1960-an sampai sekarang. Merespons kondisi pandemi
yang menempatkan seni di Indonesia di bawah tekanan berbeda dari sebelumnya, para narasumber akan menggali pengalaman dari sejarah munculnya manifesto seni
dan budaya di Indonesia.
 
Goenawan Mohamad, salah satu tokoh sastra Indonesia, akan berbagi mengenai manifesto seni sebelum tahun 1970-an, seperti Manikebu. Manikebu merupakan
sebuah manifesto kebudayaan penting yang dideklarasikan oleh sekelompok sastrawan dan kaum cendekiawan Indonesia pada tahun 1963 dan bertentangan
dengan ideologi Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA).
 
Siti Adiyati, salah seorang anggota penggagas Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB), akan membahas bagaimana manifesto seni di Indonesia terbentuk pada tahun 1970-an sampai 1980-an serta bagaimana GSRB merespons situasi politik pada masa itu dan menjelma menjadi gerakan aktivisme yang hidup. Kolektif seni Taring Padi akan menceritakan pengalaman mereka dalam mengajukan perubahan terhadap lanskap politik, praktik seni visual, konteks dan arah pada akhir 1990-an. Diskusi panel yang diadakan dalam rangka pameran Manifesto oleh Julian Rosefeldt ini akan dipandu oleh Asep Topan (Kurator Museum MACAN).

 

 
Digital Discourses | Sabtu 6 Juni 2020, 14.00 WIB, via YouTube Live & Twitter Live.
Aplikasi dan platform yang kita gunakan di internet sering kali mengumpulkan data yang jauh lebih banyak dari yang kita duga kalau melihat layanan yang ditawarkan.
Berhubung komunikasi email tidak menerapkan enkripsi dari ujung ke ujung, jenis komunikasi ini tergolong paling tidak aman. Banyak pihak beriktikad buruk di internet
siap memanfaatkan setiap kelemahan dalam setelan perlindungan data kita dan dalam kebiasaan kita saat berselancar di internet.
 
Dalam rangkaian konferensi “Digital Discourses”, Goethe-Institut Indonesien bersama para mitranya, yaitu Center for Digital Society (CfDS), ICT Watch, dan Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (ELSAM), menyelenggarakan dua seri lokakarya interaktif mengenai literasi digital yang terbuka untuk umum. Lokakarya ini akan disiarkan live di kanal YouTube Goethe-Institut Indonesien dan Twitter (@GI_Indonesien).
 
Pada seri pertama tanggal 6 Juni, Donny B.U. dan Indriyatno Banyumurti dari ICT Watch akan memandu lokakarya berjudul “Merah – Kuning – Hijau: Panduan Praktis
untuk Keamanan Perangkat Bergerak dan Perlindungan Data”. Keduanya akan memberikan pengantar langkah-demi-langkah mengenai setelan privasi dan keamanan pada gawai, dengan struktur sebagai berikut:
 
• Merah: Mekanisme kata kunci, antivirus/anti-malware, dan verifikasi dua langkah
• Kuning: VPN, setelan privasi aplikasi bergerak, perangkat enkripsi
• Hijau: Penganonim, chat (video) aman, dan firewall pribadi Materi lokakarya ini akan dapat diakses melalui www.privasi.id. Seri kedua akan berlangsung pada tanggal 13 Juni. Untuk informasi lebih lanjut mengenai lokakarya, silakan kunjungi www.goethe.de/digitaldiscourses. (Orie Buchori)

 

 

Author

DEWI INDONESIA