Eksplorasi Budaya Indonesia dalam Karya 25 Tahun Perjalanan Denny Wirawan
Perpaduan wastra Indonesia dalam koleksi yang diberi tajuk Langkah.
7 Oct 2022




Kecintaan perancang mode Denny Wirawan terhadap budaya Indonesia menginspirasi dirinya untuk mempersembahkan karya yang mengangkat keindahan wastra Indonesia, sekaligus merayakan 25 tahun perjalanannya berkarya. Walau 25 tahun sejatinya jatuh pada 2021 saat pandemi lalu, Denny akhirnya memilih tahun 2022 sebagai momentum spesial bagi dirinya dalam dunia mode.

“Diawali satu langkah, dan hingga sekarang pun saya masih terus melangkah, masih terus berproses dan belajar,” ujar Denny Wirawan yang mengawali karirnya sejak menelurkan label dengan namanya sendiri pada tahun 1996. Lalu dipilihlah kata “Langkah” sebagai judul pagelaran busana tunggal yang menampilkan koleksi musim semi terbarunya.

Proses belajar dan eksplorasi yang dilakukan Denny kemudian menginspirasinya untuk memadukan wastra Bali yang dipadukan dengan Batik Kudus. Hal ini dilakukan untuk mengangkat batik Kudus agar terus lestari dan dikenal masyarakat luas. Hasilnya, terbentuklah koleksi yang terdiri dari 52 busana dengan beragam jenis kain, seperti kain tenun endek, kain gringsing, dan kain songket. Seluruh material yang digunakan didapatkan langsung dari tangan perajin di berbagai pelosok Bali, melalui perjalanan yang dilakukan oleh Denny. 

Konsep pagelaran ini menghadirkan busana yang mudah untuk dikenakan, namun juga dipadukan dengan konsep ready-to-wear deluxe, seperti desain gaun malam. Pagelaran busana ini terbagi dalam tiga babak yang masing-masing memiliki cerita serta nilai-nilai yang menarik. Dalam babak pertama, Denny Wirawan menampilkan koleksi ready-to-wear yang banyak menggunakan tenun endek. Kain ini diolah dengan menggunakan proses pewarnaan alam yang turut mendukung upaya ramah lingkungan di Singaraja. Pada babak kedua, helaian kain gringsing dari pengrajin di Karangasem yang merupakan kain warisan kebudayaan kuno Bali, diolah untuk dipadukan bersama batik Kudus. 

Pada babak ketiga, Denny menggunakan kain songket Bali yang juga mendukung prinsip sustainable fashion, dimana benang dari kain ini menggunakan proses pewarnaan alam dan menggunakan sisa-sisa benang limbah yang dipintal ulang. Perpaduan warna yang dihasilkan pun terlihat unik jika dilihat dari dekat. Kain ini khusus dibuat oleh pengrajin dari daerah Sidemen. Selain itu, ada pula teknik pembuatan kain songket yang dicelup dengan menggunakan pewarna alam setelah proses penenunan selesai. Sehingga tekstur kain lebih lembut sehingga nyaman dikenakan, dan harmoni warnanya terlihat menyatu.

Tidak hanya eksplorasi material untuk busana, Denny juga membuat perhiasan  yang terinspirasi dari perhiasan otentik Bali yang dikreasikan lebih modern oleh perajin perhiasan yang ada di Solo, serta dua area di Bali, yaitu di Celuk dan Bangli. Pembuatan perhiasan tradisional ini dilakukan seperti yang dipakai oleh penari atau pengantin Bali, dengan material logam khusus yang asalnya dari pengrajin daerah Bangli saja. Perbedaannya adalah material perak yang biasa digunakan oleh artisan perak di Celuk dan perajin di Solo bisa disepuh emas, namun material logam asal Bangli yang dapat memberikan efek lentur dan tipis seperti kertas tersebut hanya dapat menerima proses pencelupan dengan menggunakan emas asli, yaitu emas berkadar 22 karat dan 24 karat. 

Semangat dan kesungguhan Denny dalam mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia dengan segala prosesnya ini diharapkan bisa memberikan penghidupan yang layak bagi pengrajin tenun dan juga pembatik. Tak hanya itu, para perajin dan pembatik ini hampir seluruhnya perempuan, sehingga diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi nasional yang mungkin sebelumnya terkena imbas pandemi. Koleksi Langkah juga diharapkan dapat mewakili lima hal yang pasti selalu bersinggungan dengan semua orang, yaitu proses, budaya, passion, perjalanan, dan semangat.


CARRA NETHANIA

Editor: Jessica Esther

 


Topic

Fashion

Author

DEWI INDONESIA