Junjung Inklusivitas, Tommy Hilfiger Umumkan Enam Finalis Fashion Frontier Challenge
Intip deretan enam finalis Tommy Hilfiger Fashion Frontier Challenge 2019 dan inovasinya
28 Jan 2020




Pada tahun keduanya digelar, Tommy Hilfiger Fashion Frontier Challenge telah mengumumkan enam finalis yang akan mengembangkan bidang wirausaha dalam aspek solutif, perubahan inklusif hingga positif untuk dunia mode.

Pemilihan finalis ini merupakan penanda langkah selanjutnya dalam mengidentifikasi dan menilik peluang inovatif lainnya untuk kemajuan industri. Tema inklusifitas yang diusung dari fashion frontier ini pun tak hanya sebagai tagar, tetapi sebagai bentuk Tommy Hilfiger yang ingin menuju dunia mode lanskap yang lebih inklusif dan menerapkan sustainable living.

Awalnya, dari lebih 420 pelamar yang kemudian diseleksi menjadi enam finalis ini juga bukanlah keputusan yang mudah. Keenam finalis ini yang telah melewati proses selama empat bulan dalam perencanaan bisnisnya masing-masing. Pada keterangan persnya Tommy Hilfiger mengatakan, “Di tahun kedua pengadaan, menarik begitu banyak pelamar yang telah menginginkan pergerakan lanskap dunia mode yang lebih inklusif. Kami tak henti untuk mencari solusi cerdas dan invoasi untuk tantangan besar di industri kami.”

Finalis yang terpilih tersebut, antara lain Apon Wellbeing untuk peningkatan skala berbasis di Bangladesh. Apon Wellbeing membuka tokonya dengan harga sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan harian di pabrik dan menawarkan produk dengan berbagai potongan harga untuk eksternal serta penghitungan skema poin bagi para pekerja.

Kemudian, Stony Creek Colours untuk peningkatan skala bisnis berbasis alam di Amerika Serikat. Ia menawarkan inovasi sustainable natural indigo kepada para petani tembakau skala kecil dan menengah—di mana mereka berisiko kehilangan pendapatan karena turunnya penjualan tembakau. Ketiga, A Beautiful Mess sebagai startup di Belanda yang menjalankan ruang kreatif untuk membantu para pengungsi menuju kemandirian sosial dan ekonomi dengan cara menciptakan produk pakaian yang ramah lingkungan.

Selanjutnya, ada Lab 141 yang berbasis di Amerika Serikat, perusahaan rintis ini menciptakan sejumlah kecil pakaian yang dibuat pas atau cocok menggunakan alat pencetak 3D. Metode ini lalu dipromosikan dengan menghidupkan konsep sizeless. Kelima, Sudara sebagai perusahaan piyama asal India, mereka mengembangkan keterampilan profesional dalam menjahit untuk para perempuan yang menjadi kasus korban perdagangan seks.

Terakhir, Constant & Zoe yang berbasis di Perancis, menjadi perusahaan skala besar yang menciptakan pakaian fungsional dan modis untuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak penyandang disabilitas fisik. Keenam finalis tersebut telah melewati tahap penjurian ketat dari para expert di bidangnya, terdiri dari Tommy Hilfiger, Ankiti Bose, Noor Tagouri, Daniel Grieder, Martijn Hagman, Willemijn Verloop, Steven Serneels, dan Katrin Ley. (FH) Foto: Tommy Hilfiger

 

 


Topic

Fashion News

Author

DEWI INDONESIA