Mengenal Lebih Dekat Koleksi – koleksi Desainer Besar Indonesia: Biyan
Salah satu show yang paling diantisipasi tahun ini datang dari desainer kawakan, Biyan Wanaatmadja. Diakui berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, koleksi yang diberi tajuk Benang Merah hadir dari kerinduan sang desainer untuk mengolah warna. “I want to do colors,” jelas Biyan dalam siaran persnya. Kerap diidentikkan dengan warna lembut dan detail feminin, Benang Merah mewartakan spektrum warna lebih luas dari biasa—olive, off white, koral, beige, dan hitam—warna merah adalah salah satu yang paling dominan. Meski pernah mengolah warna tersebut pada koleksi tahun 2011, kali ini palet merah dihadirkan Biyan lebih royal dalam spirit dekonstruktif. Lewat raw edges dan patchwork yang terinspirasi dari arsip sulam terdahulu, kecakapan pengerjaan tangan kompleks khas Biyan masih terlihat melalui aplikasi metal emboss, handcrafted brass, mineral stones, carved bones, manik-manik kaca dan kristal, Swarovski, freshwater pearl, serta pita renda adalah sekian dari banyak elemen yang digunakan sang maestro sebagai detail dari beadwork maupun perhiasan pada koleksinya kali ini. “It’s in a beautiful contrast and harmony,” terang Biyan akan komposisi baru yang coba ia terapkan di koleksi kali ini.
Menggarap inspirasi dari kain chintz yang berasal dari Gujarat (India barat), Biyan menarik benang merah historis tekstil yang telah lama menjadi komoditas perdagangan penting yang diekspor ke Cina dan Indonesia, sebelum kemudian merambah ke benua Eropa. Negara seperti Inggris dan Prancis pada akhirnya memproduksi chintz mereka sendiri, salah satu yang paling dikenal adalah toile de jouy asal Prancis. Hadir dalam siluet dan volume, Biyan mencoba memberi wawasan akan aspek tekstil yang saling memengaruhi seiring perjalanan masa—tak terkecuali motif serta pewarna celup di kain batik. “Terdapat suatu benang merah yang senantiasa menghubungkan segala sesuatu,” ujar Biyan menjelaskan. (RW) Foto: Dok. Davy Linggar
Menggarap inspirasi dari kain chintz yang berasal dari Gujarat (India barat), Biyan menarik benang merah historis tekstil yang telah lama menjadi komoditas perdagangan penting yang diekspor ke Cina dan Indonesia, sebelum kemudian merambah ke benua Eropa. Negara seperti Inggris dan Prancis pada akhirnya memproduksi chintz mereka sendiri, salah satu yang paling dikenal adalah toile de jouy asal Prancis. Hadir dalam siluet dan volume, Biyan mencoba memberi wawasan akan aspek tekstil yang saling memengaruhi seiring perjalanan masa—tak terkecuali motif serta pewarna celup di kain batik. “Terdapat suatu benang merah yang senantiasa menghubungkan segala sesuatu,” ujar Biyan menjelaskan. (RW) Foto: Dok. Davy Linggar