Public School Inisiasi Program untuk Menyuplai Pakaian Sustainable Bagi Industri
Satu lagi brand global ikut andil dalam pengembangan sustainable fashion
1 Jul 2019


Dao-Yi Chow (kiri) dan Maxwell Osborne (kanan), duo penggagas Public School New York di helatan BFA.
(Foto: Angela Pham/BFA.com)


Tahun ini sepertinya merupakan momentum bagi program-program mode berkelanjutan alias sustainable fashion. Memasuki medio kedua 2019, kita mendapatkan satu lagi program sustainable fashion oleh brand berskala global. Kali ini program itu diinisiasi oleh Public School yang dikepalai Maxwell Osborne dan Dao-Yi Chow.

Public School ikut terjun ke dalam program sustainable fashion dengan inisiatif yang mereka sebut V-to. Dao-Yi Chow, salah satu penggagas brand yang berbasis di New York tersebut, menjelaskan inisiatif ini sebagai “blanks program” yang menyediakan kaus, hoodie, dan pakaian basic polos yang terbuat dari katun organik dan bisa digunakan oleh para desainer atau retailer lainnya.

“Ketika kami memulai proyek ini, kami ingin membuat sesuatu yang berdampak luas, bukan hanya bagi bisnis kami,” kata Chow. Itulah mengapa mereka menggagas sebuah program yang sekiranya bisa dimanfaatkan dan diadaptasi oleh rekan sesama desainer mereka.

Dilansir dari Vogue.com, Osborne dan Chow menjelaskan idenya berawal dari pertumbuhan budaya merchandise dalam dunia mode – dengan desainer-desainer membuat kaus logo atau hoodie penuh grafis. “Banyak dari pakaian tersebut dibuat menggunakan katun yang tidak jelas asalnya dan diproses secara sembarangan,” jelas Chow. Keduanya memaparkan pakaian yang diproduksi V-to menggunakan 60% katun daur ulang (40% di antaranya didaur ulang dari katun bekas pakai), dan 40% sisanya merupakan katun dengan sertifikasi organik.

Setali tiga uang, program baru ini tidak hanya sebagai kontribusi Public School bagi lingkungan, tetapi juga menjadi perpanjangan bisnis mereka di bidang manufaktur. Program ini tak berhenti sampai menjadi penyuplai bahan polos organik saja, “Untuk fase kedua [kami] sedang mengembangkan cara untuk menutup lubang suplai dan mengumpulkan kembali pakaian-pakaian yang sudah tak terpakai sehingga bisa kembali kami proses untuk menjadi bahan mentah lagi,” tambah Chow.

Melihat keseriusan dan perhatian kedua pengarah artistik asal New York tersebut, tak heran jika inisiatif mereka ini berhasil memenangkan peringkat ketiga acara tahunan Council of Fashion Designer of America (CFDA) + Lexus Fashion Initiative. Sebagai imbalannya, mereka mendapatkan US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,4 miliar untuk mendanai produksi dan pengembangan programnya. (Teks: Shuliya Ratanavara, Foto: Angela Pham/Dok.BFA)
 

 


Topic

Fashion

Author

DEWI INDONESIA