Komitmen Patek Philippe dalam Melestarikan Budaya di Asia Tenggara
Patek Philippe Watch Art Grand Exhibition 2019 semakin mengukuhkan komitmen Patek Philippe dalam melestarikan budaya Asia Tenggara, khususnya Singapura.
8 Oct 2019


1 / 2
Pembukaan Patek Philippe Watch Art Grand Exhibition Singapore 2019 pada 28 September lalu dihadiri oleh Thierry Stern, Presiden dari Patek Philippe serta generasi keempat dari keluarga pemilik Patek Philippe. Patek Philippe sendiri merupakan perusahaan jam tangan terakhir yang masih berdiri secara independen dan dijalankan oleh keluarga pemiliknya.

Turut hadir untuk membuka pameran tersebut, Ms Sim Ann, Menteri Kebudayaan, Komunitas, dan Pemuda Singapura. Beliau menyampaikan rasa terima kasihnya akan kontribusi Patek Philippe dalam mendukung pelestarian budaya di Singapura. Beberapa tahun lalu, tiga buah dome clock Patek Philippe dibuat khusus untuk Singapura dan dilelang. Hasil penjualannya kemudian disumbangkan kepada beberapa museum di Singapura untuk mengadakan beragam ekshibisi, salah satunya Story of The Forest yang berlangsung di National Museum Singapore.

Di Patek Philippe Watch Art Grand Exhibition Singapore 2019 yang digelar bersamaan dengan perayaan 200 tahun Singapura, Patek Philippe merilis sebuah katalog eksklusif berisi arsip ratusan desain jam tangan Patek Philippe, mulai dari desain-desain langka, bersejarah, koleksi paling baru, hingga koleksi Grand Compications yang juga dipajang dalam pameran ini. Seluruh keuntungan dari hasil penjualan katalog tersebut akan disumbangkan ke National Museum of Singapore sebagai bentuk dukungan Patek Philippe dalam pelestarian seni dan budaya. Perusahaan pengrajin jam tangan premium ini memang memiliki peran signifikan dalam menumbuhkan apresiasi terhadap seni dan pembuatan jam tangan di kawasan Asia Tenggara.

Komitmen ini juga dibuktikan lewat didirikannya Patek Philippe Institute di Singapura sejak akhir tahun 2017, yang ditujukan untuk melatih generasi penerus dari ahli reparasi jam tangan Patek Philippe yang memang sangat dibutuhkan. Beberapa murid dari institut ini, berberapa di antaranya adalah kaum disabilitas, turut hadir di pameran, tepatnya di ruangan Watchmakers. Mereka menimba ilmu di Patek Philippe Institute selama 2 tahun, dan upacara kelulusannya akan dilakukan di Geneva pada akhir tahun 2019 ini.

Dua buah instalasi seni yang terinspirasi dari Singapura dan Asia Tenggara pun menghiasi area depan pameran. Yang pertama adalah instalasi berjudul Majulah Singapura karya Emmanuelle Moureaux. Instalasi ini menampilkan bunga kamboja dari kertas, dalam 100 warna, yang disusun sedemikian rupa untuk menangkap spirit dari alam, serta melambangkan kerumitan dan presisi yang selalu ada dalam pembuatan jam tangan Patek Philippe.

Berikutnya adalah instalasi berbentuk panel-panel panorama karya Studio Marianne Guely yang berjudul Tribute to Singapore. Terinspirasi oleh kekayaan budaya, flora dan fauna, tradisi kriya dan seniman, serta keberagaman Singapura dan Asia Tenggara, terciptalah 5 panel berisi paper art rumit nan indah yang disusun membentuk sebuah lorong, mengajak para tamu untuk memasukinya dan menelusuri keindahan budaya dan sejarah Asia Tenggara serta Patek Philippe.

Patek Philippe Watch Art Grand Exhibition Singapore 2019 digelar mulai 28 September hingga 13 Oktober 2019. Bertempat di Sands Theater, Marina Bay Sands, pameran ini merupakan yang pertama kalinya digelar di Asia, serta yang terbesar yang pernah digelar oleh brand jam tangan asal Geneva ini. (MU) Foto: Dok. Patek Philippe

 


Topic

Art and Culture

Author

DEWI INDONESIA