Review Film: Perempuan Tanah Jahanam, Deraan Ketegangan dari Naskah Keramat Joko Anwar
Joko Anwar membawa penonton menelusuri liku-liku masa lalu para perempuan dari tanah jahanam
11 Oct 2019


Perempuan Tanaj Jahanam mulai tayang 17 Oktober 2019.


Perempuan Tanah Jahanam adalah film yang istimewa bagi Joko Anwar. Asmara Abigail, pemeran tokoh Ratih dalam film ini, bahkan menyebut ini sebagai naskah keramat sutradara berusia 43 tahun itu. Joko pun mengakui naskah ini sudah ia siapkan selama 10 tahun sejak selesai ditulisnya pada 2009.

“Ketika mengerjakannya saya menyadari naskah ini membutuhkan level teknik dan estetika yang halus,” jelas Joko Anwar pada kesempatan konferensi pers usai penayangan terbatas untuk media di Epicentrum XXI, 10 Oktober 2019.

Pilihan Joko menunggu satu dekade sebelum akhirnya mengeksekusi dan merilis film ini ke publik rasanya cukup tepat. Selang waktu selama itu memang membuat hasil akhir Perempuan Tanah Jahanam terasa amat matang, apalagi jika dibandingkan dengan film horor pertamanya Pengabdi Setan.

Jika dalam Pengabdi Setan terasa Joko Anwar masih meraba-raba formula film horor yang tepat dan terasa kental pengaruh film-film Hollywood seperti The Conjuring, Perempuan Tanah Jahanam punya cita rasa yang lebih autentik.

Meski memiliki adegan-adegan mengejutkan, film ini tak mengandalkan jumpscare untuk memacu adrenalin penonton. Ketegangan dibangun lewat suasana yang kelam sejak adegan pertama. Suasana seram diselipkan dalam keseharian yang terkesan biasa-biasa saja. Seperti adegan di toilet dan lorong pasar yang sekilas amat biasa, tetapi perlahan membuat penonton kian waspada.


Dialog-dialog antara para tokoh juga cukup mengalir. Joko Anwar juga berhasil menyelipkan humor-humor cerdas di sela-sela ketegangan cerita, membuat penonton tertawa kering sembari tetap mengantisipasi apa yang terjadi selanjutnya. Ini sebuah peningkatan dari upaya Joko Anwar di Pengabdi Setan yang selipan humornya justru menurunkan tensi film.

Perempuan Tanah Jahanam bercerita tentang Maya (Tara Basro), seorang petugas penjaga pintu tol yang hendak mencari tahu tentang masa lalu keluarganya di sebuah desa terpencil. Ia bersama sahabatnya Dini (Marissa Anita) lalu menjumpai sejumlah keganjilan di desa asalnya itu dan rahasia gelap keluarganya.

Seiring cerita dalam film ini berprogresi, penonton diajak untuk terus menebak-nebak siapa antagonis sesungguhnya. Narasi cerita memang dibuat berlapis dan tidak hitam-putih. Alurnya sedikit mengingatkan dengan film horor asal Korea Selatan, The Wailing, yang produsernya juga ikut menggarap Perempuan Tanah Jahanam. Namun, berbeda dengan The Wailing yang ceritanya dijungkirbalikkan berkali-kali sehingga terasa sangat melelahkan, Joko Anwar mengatur kejutan-kejutan dalam film dengan efektif dan efisien.

Tidak hanya sisi pengembangan ceritanya yang matang, Joko juga secara efektif berhasil membagi porsi dan mengatur dinamika antar karakter. Waktu layar dan porsi tiap-tiap tokoh yang ada, mulai dari tokoh utama hingga pemeran pembantu, semuanya pas dan optimal. Tidak ada karakter yang tampil ala kadarnya, atau hanya numpang lewat.

Akting Christine Hakim sendiri saja sudah bisa menjadi alasan untuk menonton film ini. Selain sang aktris legendaris, pemain lain yang juga patut diapresiasi adalah Asmara Abigail yang akhirnya mendapatkan screen-time dan porsi cukup banyak untuk unjuk gigi kebolehan aktingnya di film garapan Joko Anwar. Asmara berhasil membuat Ratih, karakter yang ia perankan, memberikan kesan yang berlapis bagi penonton.

Tak sia-sia Joko Anwar memperlakukan naskah ini bak jimat yang tak boleh sembarang dieksekusi. Hasil akhirnya tak mengecewakan dan berhasil mendera penonton dengan ketegangan bahkan hingga adegan penutup. Saksikan film Perempuan Tanah Jahanam di bioskop-bioskop Tanah Air mulai 17 Oktober 2019. (SIR). Foto: Dok. Istimewa.




 

 

 


Topic

Movies

Author

DEWI INDONESIA