Marble Themed Wedding, Menambah Kesan Romantis pada Pernikahan Ratna Katarina dan Adam Kumar
Pesta Pernikahan Ratna Katarina dan Adam Kumar berlangsung elegan namun tetap terasa intim.


Ratna pertama kali berkenalan dengan Adam, di Melbourne, Australia. Saat itu, Ratna berada di Australia untuk sekolah, dan Adam yang baru saja lulus kuliah, sedang mencari peruntungan meniti karier di negeri kangguru. Perkenalan pertama rupanya begitu membekas, membuat mereka setelahnya hampir tidak bisa terpisahkan. Ketika Ratna telah lulus kuliah dan berniat kembali ke tanah air, tepatnya ke Bali, Adam dengan kerelaan hati, mengikuti Ratna untuk pulang. Tujuh tahun lamanya berpacaran dan tidak ingin hidup terpisah, membuat pria bernama Adam Kumar itu pun akhirnya merasa sudah waktunya melamar Ratna Katarina, pemilik local brand Paulina Katarina.
 
Tepat di hari ulang tahun Ratna yang ke-26, Adam melamar dengan cara yang tidak diduga Ratna. Sebelum hari lamaran, Adam yang sangat paham bahwa kekasihnya gemar jogging, membeli sepasang pakaian olahraga yang khusus memiliki saku dan retsleting. Di saku inilah Adam berniat menyimpan kotak cincin tunangan mereka. Pagi hari ulang tahun Ratna, ia pun dengan bersemangat mengajak kekasihnya untuk jogging. “Sempat merasa curiga karena saya tahu Adam sebenarnya kurang suka olahraga, tapi tiba-tiba mengajak jogging bersama di pagi itu. Namun tidak pernah terpikirkan bahwa tujuannya adalah untuk melamar saya,” kenang Ratna dengan senyum mengembang. Karena tidak biasa berlari, baru beberapa kilometer saja, Adam mulai lelah dan mengajak Ratna untuk istirahat. “Awalnya kesal karena saya yang memang berniat olahraga jadi terganggu, tapi tiba-tiba ia berlutut di hadapan saya, dan mengeluarkan kotak cincin dari saku baju olahraganya,” ujar Ratna. Maka meluncurlah kalimat “will you marry me” dari bibir Adam, yang dengan cepat dijawab “yes” oleh Ratna, yang dalam hatinya telah menunggu Adam mengucapkan kalimat ini sejak beberapa tahun terakhir kebersamaan mereka.
 
Pada awal 2015, dimulai segala persiapan pernikahan. Mereka memilih untuk menyelenggarakan pernikahan di Melbourne, tempat di mana mereka pertama kali bertemu dan menghabiskan tahun-tahun awal bersama. Terlebih Adam memang tumbuh besar di Melbourne dan hampir seluruh kolega mereka berada di sana. “Alasan kenapa kami memilih untuk menikah di Melbourne karena kota tersebut sangat bermakna di hati kami. Disana tempat kami bertemu dan menghabiskan tahun-tahun awal kami bersama. Kami ingin berbagi momen yang sangat spesial ini dengan teman-teman terdekat dan keluarga. Keluarga Adam dan banyak teman baik kami juga tinggal di Melbourne, menjadi pilihan yang terbaik.”
Lokasi pernikahan ditentukan di Melbourne Museum. Letaknya berada persis di samping apartemen mereka, dan museum ini merupakan tempat kencan favorit Ratna dan Adam. Karena harus mencocokkan tanggal libur sekolah adik Ratna, maka dipilihlah pernikahan di bulan Agustus, meski sebenarnya bulan tersebut adalah musim dingin di Melbourne. Beruntung Melbourne Museum memiliki banyak pilihan venue indoors, dan keduanya memilih ruang Kalaya untuk upacara pemberkatan. Ruangan ini dipilih karena keunikan bangunan yang bentuknya spiral dan bernuansa etnis Aborigin.
 
Ada tiga rangkaian acara yang diselesaikan dalam satu hari. Setelah upacara pemberkatan dimana keduanya mengucap janji setia sehidup semati, para tamu kemudian diundang untuk menghadiri pre-dinner drink di ruang Dinosaur Walk. Acara terakhir adalah resepsi makan malam di ruang Treetops. Ruangan ini memiliki akses untuk bisa menikmati pemandangan Cartlon Garden di musim dingin, dan memiliki area bar dengan meja marmer putih. “Ini sesuai dengan tema dekorasi pernikahan yang selama ini saya impikan, yakni marble themed wedding.” Ujar Ratna. Area berdansa sendiri berlokasi bersebelahan dengan area makan malam, yang menghadirkan live band dan DJ untuk menghibur para tamu semalaman. Area dansa ini memiliki langit-langit yang sangat tinggi, dengan beragam barang antik bergelantungan memenuhi atap ruangan, menciptakan suasana romantis.
 
Total persiapan pernikahan Ratna dan Adam hanya memakan waktu enam bulan saja. Tantangan terbesar selain waktu yang singkat, juga kendala venue yang berada di luar negeri. Tidak mudah mencari referensi vendor untuk segala kebutuhan pernikahan mereka. “Kami akhirnya harus rajin browsing via internet. Vendor fotografer, videografer, make-up artist, venue, katering, florist, hingga tentunya wedding cake, semua dipesan via online.”
 
Pengaturan logistik juga tidak mudah, sebut saja centerpiece di meja makan, serbet, hingga berbagai pernik kebutuhan dirinya dan para bridesmaids, dibawa langsung dari Bali. Untuk centerpiece disetiap meja, Ratna bahkan membuat marble tray khusus dari Bali yang dihiasi dengan bunga warna warni, seperti warna putih, merah tua, dan hijau dalam berbagai jenis vas. Dilengkapi dengan dekorasi karang putih (corals) dan batu-batu kristal. Ratna dan kawan juga  memproduksi napkin yang dicetak digital dengan print marble yang sama digunakan pada setiap stationery lainnya.
Para pengiring pengantin wanita, semuanya mengenakan gaun Paulina Katarina yang didesain sendiri oleh Ratna bagi para sahabat-sahabatnya. Ratna sendiri mengenakan gaun lace dan tulle yang simpel rancangan Sapto Djojokartiko. Sapto berhasil mendesainkan gaun impian Ratna yang pada akhirnya jauh menjadi lebih indah dari yang pernah ia bayangkan. Ditemani aksesori anting subeng dan sirkam kustom mutiara yang didesain oleh teman lama, Sri dari label Tulola. Dan akhirnya, dalam pesta yang elegan dan terasa intim, Ratna Katarina dan Adam Kumar mengucap sumpah untuk selalu bersama, dikelilingi orang-orang terdekat dan berbagai barang-barang antik yang ada di dalam museum tersebut, mereka menyatu, menjadi bagian dari sejarah.  (TA) Foto: dok. Ratna Katarina
 

 

Author

DEWI INDONESIA