Ada kesan menyenangkan ketika melihat ilustrasi karya Ayang Cempaka. Perpaduan warna-warna terang yang menarik seolah memancarkan suasana bahagia. “Karakteristik produk Ayang Cempaka memakai warna-warna yang berani dan punya kesan bahagia,” kata Ayang Cempaka, illustrator sekaligus pemilik lini produk ‘Ayang Cempaka’. Ia tertarik dengan kegiatan menggambar sejak kecil saat dirinya kali pertama mengenal alat tulis. Ayang tumbuh di lingkungan seni. Ibunya seorang pelukis, sementara sang Eyang adalah pelukis dan pematung. Sejak kecil ia akrab dengan cat minyak dan kanvas.
Ilustrator asal Yogyakarta ini kini bermukim di Dubai, Uni Emirat Arab. Setelah lulus dari jurusan Arsitektur di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ayang menciptakan produk tas yang ia namakan ‘Cocomomo’. Saat ini Ayang memilih fokus dengan merek Ayang Cempaka yang ia dirikan sejak Juli 2013. Produknya terdiri dari karya desain seperti art print, kartu ucapan, buku catatan, scarf, dan undangan pernikahan. Karakter gambar Ayang Cempaka yang ceria dan manis membuatnya kerap diminta menggarap ilustrasi undangan pernikahan.
Seluruh koleksi Ayang Cempaka diproduksi di Yogyakarta. Ayang menciptakan ilustrasi dengan teknik watercolor di Dubai, lalu mengirimnya ke bagian tim produksi di Yogyakarta. Sementara tim distribusi untuk mengirim produk terpusat di Jakarta. Ayang mengerjakan karya seninya di dalam apartemennya di Dubai. Ia menggambar dan membuat ilustrasi yang memuat karakteristik vintage dengan memakai warna-warna terang yang ceria dan playful. Gambar bunga mendominasi sebagian besar karyanya. Ayang juga mampu menggambar hewan kucing dan anjing dalam ilustrasi menarik. Termasuk gambar buah dan daun-daunan yang membingkai kutipan kata bijak. Ayang mahir pula membuat ilustrasi peta kota dan negara di dunia, seperti Jakarta, Bali, Singapura, Thailand, Tokyo, London, Sydney, Beijing, India, Nepal, dan Istanbul.
Karyanya banyak dipengaruhi gaya seni Jepang dan Skandinavia, ilustrasi abad pertengahan, tipografi vintage, dan buku anak-anak. Ayang juga mengagumi desainer dan seniman Charles dan Ray Earnes, Lora Lamm, Alice, dan Martin Provensen. Ia mengalami tantangan dalam berkarya yaitu inkonsistensi dalam dirinya. “Saya terlalu banyak ide yang sering nggak nyambung dengan konsep awal. Saya suka penasaran bikin ini dan itu. Mulai dari perhiasan, sampai furniture dari kayu. Karena terlalu suka eksperimen, jadinya nggak fokus. Tantangan lainnya, yaitu jarak. Tempat tinggal saya masih suka pindah-pindah, sementara semua produksi ada di Jakarta,” cerita Ayang. Bagi Ayang sendiri, kreativitas merupakan cara berpikir di luar kebiasaan dan kemampuan untuk mengubah ide imajinatif menjadi bentuk nyata. (RR) Foto: Dok. Ayang Cempaka